Makassar (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menyatakan situasi dan kondisi di Kota Makassar aman, pascainsiden penikaman yang dilakukan oleh seorang pria mengamuk di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, Rabu (14/9).
Ia menyatakan, peristiwa penikaman oleh seorang pria yang mengamuk hingga menyebabkan tiga korban tewas dan dua orang lainnya luka parah adalah peristiwa kriminal murni dan sama sekali tidak terkait SARA.
"Saya mohon bantuan tidak mengaitkan-ngaitkan dengan isu SARA, saya harap semua pihak tidak terpancing untuk melakukan hal-hal yang keluar dari konteks ketentuan-ketentuan yang ada," ujarnya usai mengunjungi sejumlah warga yang ditampung di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua bersama Kapolda Sulsel dan Sulbar Irjen Polisi Johny Waenal Usman, Kamis.
Sebanyak 1.958 warga ditampung oleh Polda Sulsel dan Sulbar yang berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Makassar dan Provinsi Sulsel untuk memberikan rasa aman karena sebelumnya beredar kabar melalui pesan singkat akan ada penyerangan oleh sekelompok warga yang geram pasca peristiwa penikaman.
"Ini murni pidana dan ditangani sepenuhnya oleh Polda.Tidak ada pengungsian. Ini sementara karena ada sms yang beredar bahwa ada puluhan orang bergerak dan lain-lain. Semua orang harus mencari aman. Kita siapkan, ada kondisi atau tidak inilah tugas polisi dan pemerintah untuk mengamankan agar tidak cemas, mereka ada di sini dan kita melindungi," jelasnya.
Gubernur juga menelpon langsung kepala daerah dari warga yang ditampung di SPN Batua tersebut. Ia meminta pemerintah daerah asal warga yang ditampung tidak panik dan meyakinkan warga di sana bahwa tidak ada masalah. Ia juga meminta agar warga Sulsel yang berada di daerah tersebut tidak terkait dengan persoalan-persoalan yang ada di Sulsel.
Kepala Dinas Sosial Kota Makassar Ibrahim Saleh mengatakan, warga yang ditampung rata-rata bertempat tinggal di Kelurahan Manggala, Tamalate dan Rappocini Kota Makassar dan Kecamatan Galesong, Takalar.
"Mereka ditampung sejak tadi pagi dan kemungkinan masih akan bertambah. Kita berharap tidak bertambah, kalau merasa aman tetaplah berada di tempat tinggalnya masing-masing," ujarnya.
Ia menjelaskan, para warga tersebut merasa tidak aman dan meminta diamankan di Kantor Kepolisian Sektor Manggala. Namun, karena jumlahnya terus bertambah akhirnya ditampung di SPN Batua. Hal ini juga dilakukan untuk memudahkan koordinasi dan kemudahan pengawasan.
"Paling satu dua hari. Tidak ada kejadian apa-apa di luar yang ada kekhawatiran individu dan wajar jika khawatir," tambahnya.
Salah satu warga, Masius mengungkapkan, untuk sementara waktu ia memilih tinggal di SPN Batua hingga merasa cukup aman. Ia dan keluarganya mengaku khawatir dengan isu akan terjadinya penyerangan. "Kami memang panik karena kita dicari sementara kita tidak tahu masalah. Sejak pagi saya sudah berkumpul di kantor polsek kemudian diantar ke SPN Batua," ujarnya yang juga berterima kasih atas perhatian pemerintah provinsi.
Sebelumnya, peristiwa penikaman berujung pada amuk warga sekitar lokasi kejadian terhadap pelaku. Ratusan personel polisi pengendali massa (Dalmas) kemudian diterjunkan ke lokasi untuk mengamankan amuk massa warga yang berusaha melakukan razia dan mengantisipasi serangan balasan (T.KR-RY/S016)
Berita Terkait
Saksi kasus SYL meminta perlindungan LPSK setelah BAP dirinya bocor
Rabu, 24 April 2024 13:18 Wib
KPK akan periksa keluarga SYL terkait penyidikan dugaan TPPU
Sabtu, 20 April 2024 7:40 Wib
Hakim tidak menerima nota keberatan Syahrul Yasin Limpo
Rabu, 27 Maret 2024 14:33 Wib
Ahmad Sahroni: KPK menyarankan NasDem kembalikan Rp40 juta dari SYL
Jumat, 22 Maret 2024 15:08 Wib
Syahrul Yasin Limpo ajukan permohonan pemindahan rutan
Rabu, 20 Maret 2024 14:44 Wib
SYL minta dibebaskan dari tahanan pada sidang eksepsi di Pengadilan Tipikor Jakarta
Rabu, 13 Maret 2024 14:58 Wib
KPK menjadwalkan pemanggilan ulang Ahmad Sahroni
Rabu, 13 Maret 2024 14:51 Wib
Sidang pembacaan eksepsi Syahrul Yasin Limpo ditunda karena hakim sakit
Rabu, 6 Maret 2024 12:24 Wib