Makassar (ANTARA Sulsel) - Di sudut utara Kota Makassar terdapat Puskesmas Pattingalloang yang tak pernah sepi dengan pengunjung, baik yang ingin memeriksakan diri alias kontrol, maupun terpaksa menginap karena menderita suatu penyakit.
Saat pancaran matahari hampir tegak lurus dengan bumi, masih ada belasan ibu-ibu yang menunggu giliran pemeriksaan di bagian Poliumum dan anak. Dari belasan ibu-ibu itu, beberapa diantaranya menyusui anaknya sambil mengipas-ngipaskan sepotong karton yang dijadikan kipas untuk mengurangi hawa panas di ruangan tunggu tersebut.
"Sekarang sudah terbiasa memberikan air susu ibu (ASI) pada anak, kalau dulu lebih memilih susu formula yang dimasukkan ke botol," tutur perempuan berpenampilan bersahaja yang akrab disapa Ruqiah.
Menurut dia, ketika belum memperoleh sosialisasi dari petugas kesehatan di puskesmas dan para kader di Posyandu, masih memberikan susu formula pada anaknya, meskipun diakui sangat berat untuk memenuhinya, karena penghasilan suaminya tidak seberapa dari hasil kerja serabutan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Paotere, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.
Itu adalah sepenggal potret kehidupan kaum ibu yang mencoba membesarkan dan menumbuhkembangkan anaknya selaku generasi penerus.
"Tidak gampang mengubah pemikiran dan sikap warga untuk beralih menyapih anak dengan ASI, ketimbang menggunakan produk susu pabrikan, karena mereka sudah termakan dengan produk iklan susu di televisi," ungkap Bidan Reni Yuliati yang sudah mengabdi di Puskesmas Pattingalloang selama Sembilan tahun.
Namun setelah digencarkan sosialisasi pemberian ASI pada anak usia 0-2 tahun, lanjut perempuan asal Sumatera Barat ini, secara perlahan kesadaran masyarakat, khususnya para ibu sudah mulai tergeser dan mau menyusui anaknya sambil menepis anggapan bahwa jika menyusui anak, maka bentuk payudaranya akan berubah.
Sosialisasi itu diakui, tidak dapat dijalankan sendiri tanpa bantuan mitra pendamping seperti USAID-Kinerja yang menggandeng salah satu lembaga swadaya masyarakat di Sulsel yakni Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) sejak 2012 untuk mendampingi tiga puskesmas percontohan di Makassar yakni Puskesmas Pattingalloang, Cendrawasih dan Batua.
Sedang untuk sosialisasinya, USAID-Kinerja menggandeng Jurnal Celebes, Makassar dalam mendidik masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan "citizen journalism",(jurnalisme warga) yang bertujuan menyebarluaskan informasi tentang pentinya ASI.
Hal tersebut diakui Local Public Service Specialist USAID - KINERJA Rohani Mapparimang.
"Dalam empat tahun terakhir setelah menggandeng para pihak, kesadaran pemberian ASI kepada anak sudah semakin membaik, hal itu ditandai dengan peningkatan presentase penggunaan ASI dari tahun ke tahun," katanya.
Dari pendampingan USAID - KINERJA di Makassar diketahui, pada 2010 angka capaian penggunaan ASI tercatat sebanyak 34,99 persen, kemudian tahun berikutnya naik rata-rata 15 persen per tahun dan selanjutnya pada 2013 mencapai 67,8 persen.
Menurut Rohani, upaya mendorong masyarakat untuk memberikan ASI kepada anak balitanya terus dilakukan lembaganya dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Makassar.
"Hasil dari perjuangan itu, bersama dengan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar kemudian menggodok Peraturan Daerah terkait penggunaan ASI, termasuk menyediakan layanan ruang/bilik menyusui di lokasi pelayanan publik," katanya.
Buah dari upaya tanpa pamrih itu, akhirnya pada 2012 lahir dua peraturan wali kota yakni Perwali No 5 Tahun 2012 tentang Kesehatan Gizi dan Anak, dan Perwali Nomor 49 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif ketika Pemkot Makassar masih dinakhodai H Ilham Arief Sirajuddin.
Lindungi Generasi
Pemberian ASI, termasuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada anak yang baru lahir, lanjut Rohani, akan menekan angka kematian balita, karena imunitas balita akan lebih baik dibandingkan dengan memberikan susu formula.
"Karena itu, semua pihak berkewajiban untuk terus menyosialisasikan pada masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah, karena mereka memiliki kecenderungan menggunakan susu formula akibat kekurangtahuannya," katanya.
Kondisi itu dibenarkan Muh Asir Ali yang merupakan pekerja sosial yang kerap keluar masuk gang untuk membangun kesadaran ibu-ibu yang memiliki balita agar memberikan ASI pada anaknya.
Dengan bekal pengetahuan ekonomi yang dimilikinya selaku alumni Fakultas Ekonomi Universitas 45, Makassar, ayah dari dua orang putra ini, tidak tanggung-tangung turun lapangan memberikan sosialisasi pentingnya pemberian ASI pada anak, sekaligus memberikan gambaran dampak ekonomis dari penggunaan ASI.
"Dengan ASI, anak akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih handal dibandingkan jika mengonsumsi susu formula. Dari sisi ekonomi, ASI itu gratis dan praktis," katanya sembari mengimbuhkan, formula itulah yang selalu didengung-dengungkan ke telinga warga di wilayah kerjanya yakni Kelurahan Cambayya, Camba Berua, Pattingalloang dan Pattingalloan Beru.
Meskipun ruang kerjanya hanya empat kelurahan di Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, namun Asir juga senang mengunjungi pulau-pulau terluar Kota Makassar seperti Pulau Lumu-Lumu, Kondingareng, Barrang Lompo dan Barrang Caddi untuk mengkampanyekan IMD, pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pertama, serta pemberian ASI pada anak hingga usia dua tahun.
Manfaat ASI pun disebar bahwa selain memberikan kekebalan tubuh kepada anak, sehingga dapat menekan angka kematian anak, juga bermanfaat menumbuhkan kecerdasan anak dalam berpikir dan berprilaku, karena anak yang mengonsumsi ASI secara emosional lebih dekat dengan ibunya dan akan mewarisi sifat welas-asih.
Sementara kegigihan Asir mengkampanyekan pentingnya ASI itu, tanpa merasa risih dan malu, saat sebagian masyarakat menganggap laki-laki masih tabu masuk ke ranah perempuan, ternyata tak menyurutkan semangat suami dari Nasrawati ini.
Walhasil, pada 2013 lelaki yang lahir pada 12 April 1967 inipun dinobatkan sebagai Duta ASI Kota Makassar oleh Pemkot Makassar dengan Dinas Kesehatan selaku SKPDnya bekerjasama dengan USAID- Kinerja.
Asirpun kemudian menjadi perwakilan dari Kota Makassar mengikuti pertemuan nasional yang membahas ASI yang digelar Kementerian Kesehatan dengan lembaga donor Amerika Serikat USAID.
Dari kerja-kerja terpadu di lapangan itu, tentu harapan semua keluarga adalah memiliki generasi pelanjut yang bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga, namun juga dapat menjadi generasi harapan bangsa dan negara yang mampu berkancah di dunia internasional. Zita Meirina
Berita Terkait
Pj Gubernur : RS dan puskesmas tetap buka pelayanan selama cuti Lebaran
Senin, 8 April 2024 18:12 Wib
Dinkes Mamuju siagakan 23 puskesmas saat cuti bersama Idul Fitri 1445 H
Kamis, 21 Maret 2024 14:36 Wib
Dinkes Sulbar gelar surveilans gizi mendukung Gerakan Ayo ke Posyandu
Kamis, 22 Februari 2024 20:03 Wib
Capres Prabowo bakal membangun RS hingga puskesmas modern di setiap daerah
Minggu, 4 Februari 2024 20:12 Wib
Presiden Jokowi ingin tiap puskesmas miliki alat USG kehamilan
Selasa, 23 Januari 2024 12:10 Wib
Menkes meminta pencegahan penyakit diabetes dioptimalkan di puskesmas
Minggu, 7 Januari 2024 17:31 Wib
Pj Sekda Gowa harap Puskesmas Somba Opu Akreditasi Paripurna
Kamis, 30 November 2023 8:08 Wib
Dinkes Sulbar dorong puskesmas tingkatkan tata kelola pelayanan
Selasa, 28 November 2023 13:44 Wib