Mamuju (ANTARA Sulbar) - Dinas Kebersihan dan Tata Ruang (Disbertarung) Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, menyampaikan bahwa musibah banjir yang menerjang di semua titik di daerah ini juga merupakan teguran agar masyarakat tetap membuka mata serta mengambil makna dari musibah ini.
"Semoga kejadian ini membuka mata kita. Kita tidak perlu menyalahkan siapa, tetapi saya mengajak agar peristiwa ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua," kata Kepala Disbertarung Mamuju, Lutfi Muis yang ikut memantau kondisi musibah banjir di Mamuju, Rabu.
Menurutnya, terjadinya banjir di hampir sebagian besar lokasi dalam kota Mamuju ini diharapkan membuka kesadaran masyarakat dan sejumlah stake holder terkait tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Sebab kata dia, meski diakui banjir tersebut murni adalah peristiwa alam, namun ia juga menuding kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan menjadi salah satu faktor pemicu banjir.
"Hampir seluruh drainase maupun sejumlah jembatan dipenuhi tumpukan sampah yang menghambat aliran air. Tak hanya itu, akibat terjadinya banjir ini saya harapkan agar masyarakat tidak sepenuhnya mengalamatkan kesalahan pada instansi yang saya pimpin, melainkan dapat mencari akar permasalahan dari semua itu," jelasnya.
Salah satu faktor pemicu terjadinya kepungan banjir kata dia, akibat kurang singkronnya tiga SKPD terkait dalam perencanaan penanganan lingkungan, yakni Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah ( Bapedalda), Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Tata Ruang dan Kebersihan.
Sehingga kedepan kata Lutfi, ketiga Instansi tersebut dapat melakukan singkronisasi sebelum melaksanakan program pembangunan utamanya pembangunan sarana drainase yang dimulai dari analisis dampak lingkungan Bappedalda, selanjutnya dinas PU melaksanakan pembangunan sesuai hasi analisa Bappedalda, dan Dinas Tata ruang dan kebersihan menindaklanjuti jika terjadi pendangkalan pada area pembangunan tersebut.
"Hal inilah yang belum jalan selama ini. Termasuk juga Amdal dari proyek pembangunan jalan arteri yang telah menutup muara sungai," jelas Lutfi.
Beberapa titik yang terendam banjir setelah dihantam hujan selama enma jam diantaranya yakni Jalan Soekarno Hatta, Jalan Diponegoro, BTN Ampi, BTN Axuri, Jalan Pababari, Kompleks Pemda, Jalan A. Pettarani, Jalan Monginsidi, Rimuku, Karema dan sejumlah titik lainnya di Kota Mamuju.
Hujan melanda wilayah Mamuju merata di semua kecamatan sehingga bencana banjir di penghujung tahun ini kembali terjadi, walaupun pada saat ini dianggap banjir terhebat dalam kurung waktu 10 tahun terakhir,
"Hujan terjadi sejak semalam hingga sore hari. Kondisi lingkungan juga menjadi pemicu meluapnya air menggenangi pemukiman warga," kata Abdul Rahim warga BTN Axuri Mamuju yang ikut merasakan dampak bencana banjir.
Menurutnya, banjir banjir yang terjadi itu membuatnya tidak bisa beraktifitas. Sebab, harus memilih untuk menyelamatkan perabot rumah. Apalagi, ketinggian air yang merembes ke rumahnya mencapai 40 centimeter," katanya.
Bahkan beberapa titik banjir terparah seperti di Jalan Soekarno Hatta, Kompleks BTN Axuri serta BTN Ampi. Ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa atau kurang lebih satu meter. Banyak kendaraan baik roda dua dan roda empat yang hendak melintasi di kawasan ini harus balik arah.
Selain itu, kondisi banjir di depan SMP 2 Mamuju mengakibatkan pagar sekolah roboh akibat hantaman banjir. Demikian pula di lingkungan Tambi, kelurahan Mamunyu, dikabarkan tiga rumah warga roboh akibat angin kencang yang disertai banjir ini. M Yusuf