Mamuju (ANTARA Sulbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Januari 2015 sebesar 102,40 atau mengalami peningkatan sekitar 0,63 persen dibandingkan NTP Desembar 2015 yang tercatat sebesar 101,40.
Hal ini disampaikan Kepala BPS Sulbar, Setianto dalam keterangan persnya kepada sejumlah wartawan di di Kantor BPS Sulbar, Senin.
Meningkatnya NTP Sulawesi Barat dipicu oleh terjadinya inflasi (kenaikan harga secara berkelanjutan) di pedesaan yang mencapai 0,60 persen, dimana indeks harga enam kelompok pengeluaran serentak naik.
Seperti diketahui, NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Dengan kedua indikator tersebut, tingkat kemampuan daya beli petani dapat diukur, semakin tinggi NTP maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Secara terperinci kata dia, meningatkatnya NTP Sulbar Januari ini dipicu dari perubahan indeks harga yang diterima petani (Lt ) sebesar 117,31 atau 1,07 persen dan untuk indeks yang dibayar petani (Lb) sebesar 114,97 atau 0,44 persen.
"Jelas kita bisa berkesimpulan bahwa bulan sebelumnya, kenaikan harga komoditi berangsur naik dan didahului naiknya harga keperluan meski ditopang oleh turunnya harga dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Itu tidak menyelamatkan perdesaan mengalami inflasi dan ini tentunya berkesinambungan dengan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dari yang harus dibayar," ungkapnya.
Jika diamati, peningkatan NTP Sulbar secara subsektor terjadi di tiga subsektor seperti Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) yang naik sebesar 0,25 persen, Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,00 persen, serta Holtikultura sebesar 0,99 persen.
Hal ini juga menempatkan daerah Sulbar berada di posisi kedua dari 4 provinsi di Sulawesi yang mengalami perubahan positif terhadap NTP nya, minus Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang justru mengalami perubahan negatif masing-masing -0,29 persen dan -0,12 persen.
Meski demikian kata dia, kondisi ini tidak menyelamatkan Sulbar keluar dari Inflasi Perdesaan di Januari tahun ini atau berada di urutan ke 7 dari 17 Provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan.
Belum lagi inflasi tertinggi antar provinsi di Sulawesi,Sulbar justru menduduki peringkat kedua sebagai provinsi yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,60 persen.
Ia menambahkan, Sulbar dibawah Provinsi Gorontalo yang mengalami inflasi sebesar 0,90 persen dan diatas Sulawesi Selatan yang menjadi provinsi paling terendah laju inflasinya yaitu sebesar 0,06 persenatau hanya Sulawesi Utara yang mengalami deflasi perdesaan hingga -0,60 persen. Agus Setiawan
Berita Terkait
Kurs rupiah naik 12 poin menjadi Rp15.759 per dolar AS
Rabu, 6 Maret 2024 9:45 Wib
Kurs rupiah naik lima poin menjadi Rp15.590 per dolar AS
Selasa, 13 Februari 2024 9:45 Wib
Sri Mulyani: Kinerja nilai tukar rupiah lebih unggul dari baht dan peso
Selasa, 30 Januari 2024 14:47 Wib
Nilai tukar rupiah menguat didukung intervensi BI
Senin, 29 Januari 2024 9:35 Wib
Kurs rupiah jelang akhir pekan menguat, investor cermati hasil RDG BI
Jumat, 19 Januari 2024 11:28 Wib
Kurs rupiah naik 17 poin menjadi Rp15.553 per dolar AS
Kamis, 11 Januari 2024 9:39 Wib
Pemprov Sulbar meluncurkan gerakan tanam sejuta cabai
Sabtu, 6 Januari 2024 17:02 Wib
Rupiah melesat 193 poin menjadi Rp15.468 per dolar AS pada Kamis pagi
Kamis, 14 Desember 2023 9:30 Wib