Makassar (ANTARA Sulsel) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin menegaskan bahwa tidak ada pembatasan ruang gerak bagi perempuan Muhammadiyah dalam menjalankan organisasi kemasyarakatan itu, karena tidak adanya nama perwakilan perempuan dalam Tanwir Muhammadiyah.
"Tidak ada pembatasan, kalau yang terpilih di Tanwir Muhammadiyah itu semua laki-laki maka wadahnya perempuan Muhammadiyah di Tanwir Aisyiyah, jadi semua diberi ruang untuk berorganisasi," ujarnya kepada wartawan di Makassar, Minggu.
Menurut dia, hasil Tanwir menjelang Muktamar Ke-47 Muhammadiyah itu diyakini akan diterima semua kader Muhammadiyah dan tidak ada diskriminasi dalam memilih komposisi pengurus.
"Selama ini Muhammadiyah telah menempatkan penghargaan tingginya kepada perempuan Muhammadiyah dengan membentuk organisasi khusus bagi mereka, yakni Nasyiatul Aisyiyah. Ormas ini didirikan bertujuan agar perempuan punya forum guna menyumbangkan pikiran sehingga Muhammadiyah bisa lebih maju," paparnya.
Ia mengangap peran perempuan Muhammadiyah saat ini sudah terwakili haknya dengan membentuk ormas Aisyiyah untuk mengakomodasi hak-hak serta memilih pemimpinnya sendiri.
"Karena Muhammadiyah itu berbeda dengan organisasi kemasyarakatan lainnya bercampur dengan anggotanya. Kami di Muhammadiyah telah memberi tempat khusus kepada mereka kaum perempuan," kata pria keturunan Gowa, Sulawesi Selatan itu.
Din menambahkan Muhammadiyah tidak pernah membatasi ruang gerak perempuan saat mendaftar sebagai kandidat, mengingat dalam 82 orang yang diseleksi panitia pelaksana, ada beberapa nama perempuan yang diakomodasi.
Kendati pada akhirnya tidak ada satupun nama keterwakilan perempuan yang lolos dalam seleksi yang mengerucutkan 39 nama calon pengurus PP.
"Saya tidak akan mengintervsi sebab itu pilihan tanwir. Kebetulan saja yang terpilih itu semuanya laki-laki. Kalaupun ada yang memilih perempuan, sama sekali itu tidak menjadi masalah," tambahnya.
Sebelumnya, hasil perhitungan Tanwir Muhammadiyah untuk calon formatur Pimpinan Pusat Muhammadiyah priode 2015-2020 tidak mengakomodasi unsur keterwakilan perempuan dari Nasyiatul Aisyiyah sebagai sayap organisasi Islam tersebut.
"Tidak adanya unsur perempuan yang masuk dalam kepemimpinan inti di Muhammadiyah sama sekali tidak mengerdilkan arti kiprah gerakan sayap perempuan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah," kata Ketua Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari di Makassar.
Menurut dia, adalah kemajuan positif sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta, saat itu memasukkan salah satu unsur Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kini menjabat Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah secara ex officio.
Berita Terkait
Muhammadiyah mengemukakan alasan penetapan Idul Fitri lebih awal
Minggu, 7 April 2024 19:43 Wib
Ketua PP Muhammadiyah dijadwalkan jadi khatib shalat Id di Pantai Losari Makassar
Jumat, 5 April 2024 17:58 Wib
Muhammadiyah Makassar pusatkan shalat Idul Fitri 1445 H di dua lokasi
Rabu, 3 April 2024 20:40 Wib
Kemenkumham-Muhammadiyah Sulsel teken MoU pembinaan keagamaan
Selasa, 5 Maret 2024 16:17 Wib
Wali Kota Makassar ajak IPNU dan Muhammadiyah sukseskan Pemilu 2024 secara damai
Selasa, 6 Februari 2024 19:42 Wib
NU dan Muhammadiyah memenangkan Indonesia
Rabu, 31 Januari 2024 11:40 Wib
Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada 11 Maret 2024
Sabtu, 20 Januari 2024 20:54 Wib
Wali Kota Makassar merespons permohonan pengurangan BPHTB Unismuh
Jumat, 22 Desember 2023 18:29 Wib