Bantaeng, (Antara) - Mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK - ITB) melaksanakan kuliah lapangan (kulap) di Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar dan Kabupaten Bantaeng, dari 21 - 25 Maret 2016.
Menurut Ketua Prodi sekaligus ketua rombongan Kuliah Lapangan, Dr .Ir. Iwan Kustiwan, MT. kulap bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk memahami permasalahan atau situasi pembangunan, sekaligus mengenali praktik-praktik pembangunan yang mengandung aspek-aspek budaya, teknologi, inovasi, pemerintahan dan tata kelola kebijakan.
"SAPPK - ITB merupakan program studi multidisiplin, dan konsentrasi untuk kulap kali ini pada isu tentang budaya dan inovasi pembangunan di sektor kemaritiman," katanya.
Menurut Iwan Kustiwan, SAPPK - ITB kali ini mengangkat tema tentang budaya dan inovasi pembangunan di sektor kemaritiman.
"Kami memilih Sulawesi Selatan karena merupakan simpul pergerakan transportasi antara Indonesi bagian barat dan timur. Terkhusus untuk Kabupaten Bantaeng yang juga memiliki daerah maritim, kami juga ingin lebih dekat memahami konsep pembangunan Kabupaten Bantaeng yang telah dijadikan tempat belajar (study banding) dari ratusan kabupaten kota di Indonesia, dan berbagai daerah dari luar negeri," katanya.
Saat berada di Bantaeng, peserta Kulap disambut oleh Bupati Bantaeng Prof. Dr. Nurdin Abdullah, dan dilanjutkan dengan kuliah umum tentang pembangunan Kabupaten Bantaeng yang juga dibawakan langsung oleh Nurdin.
Dalam kuliahnya, Nurdin Abdullah menjelaskan kondisi Kabupaten Bantaeng sebelumnya dan kondisi yang terjadi sekarang ini sebagai kabupaten kecil.
"Walaupun Kabupaten Bantaeng adalah kabupaten kecil, namun sekarang ini sudah menyuplai benih ke seluruh daerah di Sulawesi Selatan. Dulu Bantaeng adalah daerah rawan banjir, sekarang kita telah membangun cekdam dan memperbaiki semua saluran yang selama ini tidak terjama, alhamdulillah banjir sudah tidak pernah lagi," katanya.
Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin ini mengatakan awalnya pihaknya berupaya untuk mengubah mindset SKPD untuk lebih berpikir kreatif dan lebih mengedepankan kerjasama dengan berbagai instansi untuk membangun kabupaten Bantaeng menjadi lebih baik.
Keunikan lainnya sejak kepemimpinan Nurdin Abdullah di Bantaeng, adalah topografi Bantaeng yang dibagi dalam tiga zona.
Zona Pertama adalah daerah pesisir. Di daerah ini dikembangkan budidaya rumput laut dan perikanan. Sekarang tengah dikembangkan budidaya nila air asin melalui rekayasa teknologi kerjasama dengan BPPT, dan bersamaan juga dikembangkan sektor pariwisata.
Zona Dua adalah dataran rendah yang merupakan pengembangan sektor pertanian. Penanaman padi dengan konsep Legowo 2 : 1, pola ini dapat meningkatkan produksi padi meningkat sampai tiga kali, karena anaknya bertambah tiga kali.
Selain itu dikembangkan pula talas safira, yang hasilnya telah diekspor ke Jepang.
Terakhir adalah Zona Tiga, daerah dataran tinggi, yang dikhususkan untuk mengembangkan agrowisata dengan buah apel dan strawberry.
Selain itu di daerah dataran tinggi yang memiliki ciri suhu dingin dikembangkan budidaya kubis, bawang merah, kentang, dan wortel.
Berita Terkait
Pemkab Bantaeng mengikuti Rakor Kemendagri bahas Pilkada serentak 2024
Kamis, 28 Maret 2024 2:23 Wib
Ditinggal salat tarawih satu rumah hangus terbakar di Rappocini Makassar
Minggu, 17 Maret 2024 2:01 Wib
KPU Bantaeng dan Sulsel klarifikasi dugaan penggelembungan suara PSI
Senin, 4 Maret 2024 20:09 Wib
Polres Bantaeng menggelar simulasi pengamanan TPS Pemilu 2024
Rabu, 7 Februari 2024 20:11 Wib
Penjabat Gubernur Sulsel cek harga kebutuhan pokok di Bantaeng
Minggu, 4 Februari 2024 15:38 Wib
Pj Gubernur Sulsel salurkan bantuan pangan kepada warga Bantaeng
Sabtu, 3 Februari 2024 21:57 Wib
Kemenkumham Sulsel fasilitasi pembentukan produk hukum daerah di Bantaeng
Minggu, 21 Januari 2024 11:22 Wib
KSAD gelar aksi bersih-bersih sampah di Pantai Seruni Bantaeng
Kamis, 14 Desember 2023 21:37 Wib