Makassar (ANTARA Sulsel) - Bank Indonesia mengaku optimistis penerapan "7 Day Repo Rate" sebagai upaya penguatan kerangka operasi moneter bisa berjalan sukses dan mampu menarik pihak bank untuk bergabung.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulsel, Wiwiek Sisto Widayat di Makassar, Rabu, mengakui program "7 Day Repo Rate" memang tidak bisa memaksa pihak bank harus ikut dengan apa yang telah diputuskan, namun bank itu tentunya akan merasakan dampak dari kebijakan moneter.
"Seperti misalnya jika suku bunga kredit diturunkan namun masih ada satu bank yang tidak mau ikut "7 Day Repo Rate", maka tentunya akan ditinggalkan sendiri oleh nasabahnya," kata dia.
Ia menjelaskan, program itu memang tidak bisa memaksa bank yang ada untuk mengubah suku bunganya sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan.
Sebab, kata dia, sebetulnya kebijakan moneter itu sejak tahun 1988 memang sudah diubah bukan lagi kebijakan yang sifatnya wajib tetapi sifatnya hanya mengimbau.
Namun begitu, ada hal yang akan terjadi yakni apakah akan memberikan dampak atau tidak setelah program itu ditetapkan.
"Ada sebanyak 118 bank yang beroperasi, jika diluncurkan maka akan mengacu kes sistem bank sentral. Artinya pihak bank yang tidak mau mengacu ke sana, maka akan ditinggalkan nasabahnya," jelasnya.
Bank Indonesia sebelumnya telah membidik nilai transaksi penjualan surat berharga dengan ketetapan akan dibeli kembali (Repurchase Agreement/Repo) antara bank bisa mencapai minimal Rp800 miliar per hari pada Agustus 2016 atau saat mulai efektif bunga acuan baru "7-Day Repo Rate".
Kepala Departemen Pengembangan Pendalaman Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsyah menyatakan dengan semakin banyaknya nilai transaksi Repo dan juga jumlah bank yang aktif, maka instrumen moneter baru BI akan lebih efektif mempengaruhi kondisi likuiditas di pasar.
Selain itu, menurut Nanang, perbankan akan mendapat risiko yang lebih kecil jika ingin mendapat atau menggelontorkan likuiditas melalui transaksi Repo ketimbang transaksi pasar uang antar bank (PUAB).
Faktor keamanan itu pula, yang menurut Nanang, membuat transaksi Repo meningkat hingga 400 persen dalam empat pekan terakhir.
Nanang menuturkan pada akhir April 2016 nlai transaksi Repo sebesar Rp250 miliar per hari, Kemudian nilai itu naik dua kali lipat pada pekan kedua Mei menjadi Rp425 miliar per hari.
Berita Terkait
Piala Asia U23 - Fakta menarik di balik laga Indonesia vs Korea Selatan
Selasa, 23 April 2024 17:42 Wib
Garuda Muda bidik target Olimpiade Paris 2024
Selasa, 23 April 2024 17:36 Wib
Catatan evaluasi layanan transportasi di Indonesia
Selasa, 23 April 2024 9:30 Wib
Optimalkan keanggotaan Indonesia di FATF guna perangi TPPU-TPPT
Selasa, 23 April 2024 9:29 Wib
BMKG memperkirakan hujan lebat guyur sebagian besar daerah di Indonesia
Selasa, 23 April 2024 9:25 Wib
Surya Paloh: Saatnya tutup buku lama dan buka buku baru
Senin, 22 April 2024 18:38 Wib
Erick Thohir beri sinyal positif akan memperpanjang kontrak Shin Tae-yong
Senin, 22 April 2024 13:46 Wib
Menakar dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi RI
Senin, 22 April 2024 13:12 Wib