Makassar (Antara Sulsel) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) Wiwiek Sisto Widayat mengatakan inflasi Sulsel pada tahun 2017 berpotensi berada di atas rentang target inflasi nasional yang sebesar 4 plus minus 1 persen.
"Tanpa kenaikan beberapa harga dan tarif, berdasarkan pola historis inflasi Sulsel diperkirakan mencapai 4 plus minus 1 persen. Namun, hingga Februari 2017 inflasi Sulsel telah mencapai 3,69 persen, karena kenaikan sejumlah tarif yang ditetapkan pemerintah dan harga bahan pangan," kata Wiwiek pada Seminar Outlook Ekonomi Indonesia dan Sulsel 2017-2018 yang digelar di Makassar, Selasa.
Jika mengacu pada skenario pertama, lanjutnya, yaitu terjadi kenaikan harga bbm non subsidi, penyesuaian tarif listrik untuk 70 persen pelanggan listrik 900 VA, dan kenaikan biaya administratif STNK, akan ada tambahan inflasi 1,35 persen.
Tetapi, kata dia, pada skenario kedua, jika ada kenaikan harga elpiji yang telah diperkirakan pemerintah, tambahan inflasi akan mencapai 1,64 persen.
"Apa lagi kalau ada kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp1000 per liter, tambahan inflasi bisa mencapai 3,21 persen," ucapnya.
Jika ditambahkan dengan inflasi histokal, jelasnya, ini berarti inflasi Sulsel bisa berada di atas 7 persen.
"Ini memang butuh konsentrasi dan perhatian besar, serta sinergi dengan pemerintah di kabupaten/kota untuk dapat mencapai sasaran inflasi yang kita inginkan," ujarnya.
Untuk mengendalikan inflasi di tahun 2017, menurut Wiwiek, pihaknya telah membuat sejumlah rekomendasi kebijakan diantaranya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel perlu menyusun program kerja yang lebih fokus pada pengendalian komoditas "volatile food" terutama pada bulan-bulan di mana terjadi kenaikan tarif listrik.
"Beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian adalah beras, daging sapi, ikan layang, ikan teri, bawang merah, cabai, ikan cakalang, bandeng, dan ayam ras," kata dia,
Selain itu, kata dia, kewenangan Pemprov dalam menentukan tarif yang ditentukan gubernur perlu dioptimalkan seperti tarif angkutan dalam kota dan HET LPG subsidi.
"Hasil simulasi kami bila harga BBM naik 10 persen, dan hanya diikuti kenaikan tarif angkutan maksimal 4 persen, dampaknya terhadap inflasi relatif terbatas," jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yang turut hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut mengatakan pihaknya akan memetakan daerah yang rawan inflasi untuk memudahkan sinergi pengendalian inflasi.
"Kita petakan, mana daerah yang merah inflasinya, kuning, atau hijau, daerah yang merah artinya membutuhkan tindakan segera untuk mengendalikan inflasi," pungkas gubernur.
Seminar Outlook Ekonomi Indonesia dan Sulsel 2017-2018 turut dihadiri oleh para akademisi, perbankan, perwakilan lembaga keuangan, dan pengusaha. Kegiatan ini diharapkan dapat melahirkan rekomendasi kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Berita Terkait
Liga 1 Indonesia - David Da Silva cetak "hattrick" saat Persib bungkam Persebaya 3-1
Sabtu, 20 April 2024 18:12 Wib
Babak baru upaya negara Indonesia melawan OPM
Sabtu, 20 April 2024 17:27 Wib
BMKG memprakirakan cuaca sebagian besar wilayah Indonesia berawan
Sabtu, 20 April 2024 11:46 Wib
Kemendag mendorong produk pertanian Indonesia masuk pasar Australia
Sabtu, 20 April 2024 11:39 Wib
PBVSI menyiapkan tim berisi pemain terbaik untuk hadapi Red Sparks hari ini
Sabtu, 20 April 2024 10:50 Wib
BMKG: Sebagian besar wilayah Indonesia berstatus waspada cuaca ekstrem
Jumat, 19 April 2024 7:51 Wib
Piala Asia U-23 2024 - Qatar ke perempat final usai kalahkan Yordania 2-1
Jumat, 19 April 2024 6:58 Wib
Timnas Indonesia raih kemenangan 1-0 atas Australia di Piala Asia U-23
Kamis, 18 April 2024 23:33 Wib