Bokalis Segera Produksi Pasir Laut Proyek CPI
"Bokalis wajib melakukan survei ulang yang lebih lengkap dan akurat, menganalisa kembali perhitungan...
Makassar (Antara Sulsel) - PT Bokalis Internasional Indonesia sebagai pemenang tender untuk reklamasi lahan Central Poin Of Indonesia (CPI) seluas 157 hektare segera memproduksi dan menyuplai pasir laut diambil dari dasar laut perairan Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan, selama 10 bulan ke depan.
"Bokalis wajib melakukan survei ulang yang lebih lengkap dan akurat, menganalisa kembali perhitungan secara detail sebagai salah satu syaratnya," sebut penanggungjawab proyek Reklamasi CPI Soeprapto di Makassar, Sulawesi Selatan Kamis.
Dalam kegiatan `Kick Off Meeting` Pelaksanaan Konstruksi Proyek CPI di kantor KSO Ciputra Yasmin CPI, kata dia Bokalis bertugas menyuplai pasir laut hasil pengerukan dari dasar laut di perairan laut Galesong, Takalar menggunakan kapal besar.
Perusahaan internasional ini bertugas membuat desain dan membangun lahan reklamasi sesuai dengan Detail Engineering Desain (DED) dengan menyediakan sembilan juta kubik pasir putih untuk membentuk kepala garuda dan lahan lainnya sesuai desain.
Sementara Kepala Proyek Direktur of Ciputra Grup Sinyo Pelelapu pada kesempatan itu menjelaskan kepada wartawan bahwa pengurusan segala izin berkaitan dengan proyek tersebut sudah selesai, dan diurus selama setahun lebih.
"Surat Izin Kerja Reklamasi, dan Surat Izin Kerja Keruk serta Izin Usaha Pertambangan dan Operasi Produksi Pasir Laut sudah selesai. Sementara untuk Izin Penggunaan Kapal Asing, Surat Izin Impor Kapal Asing, akan selesai pada pertengahan April 2017." katanya.
Mengenai dengan pembersihan ranjau peninggalan peran dunia II di lokasi Reklamasi, lanjut dia pihaknya bekerja sama dengan TNI AL telah meledakkan serta membersihkan ranjau laut tersebut.
"Izin sudah lengkap, sehingga PT Bokalis siap melaksanakan pengerukan pasir laut dengan jarak dua mil dari perairan Galesong. Kapal mengeruk pasir ini dilengkapi teknologi tinggi, selain itu sudah berpengalaman melakukan reklamasi," ucap Sinyo.
Perusahaan asal Belanda ini diperkirakan akan mulai melakukan pekerjaan pada pertengahan Mei 2017-April 2018. Pada proyek ini Bokalis akan menggunakan Ponotoon Sprayer.
Sedangkan kapal keruk yang digunakan jenis Trailiing Suction Hopper Dredger (TSHD) Fairway dengan kapasitas 35.500 meter kubik saat ini sedang berada di Singapura dan akan tiba di Makassar pada Mei mendatang.
Manager Direktur of Ciputra Grup Harun Hajadi menambahkan areal reklamasi seluas 157 hektare lebih, di antaranya 50,47 hektare akan diserahkan kepada Pemerintah Provisi Sulsel, di dalamnya ada tanah tumbuh dan pantai pasir putih.
"Lahan ini akan menjadi prioritas pertama pada tahap awal dilaksanakan Bokalis dengan target penyelesaian hingga April 2018," papar dia.
Selain itu izin-izin yang sebelumnya ada telah dilakukan adendum (peninjauan kembali) Amdal RKL-RPL pada 2016 termasuk surat kelayakan lingkungan hidup nomor.3/M.02a.NP/P2T/03/2016.
Manager Proyek PT Bokalis Jaap Dekker saat ditanya wartawan bagaimana sistem pengerukan di dasar laut, apakah tidak akan menggangu ekosistem dan biota laut di areal pengerukan diketahui berjarak dua mil lebih dari pesisir pantai, kata dia, ada caranya.
"Pengerukan akan kita lakukan secara perlahan-lahan karena berlapis-lapis, ibarat kue lapis, mesti ada jeda agar permukaan air tidak sampai mengeruh. Daerah ini sudah disurvei dan harus dilakukan secara hati-hati," tambahnya.
"Bokalis wajib melakukan survei ulang yang lebih lengkap dan akurat, menganalisa kembali perhitungan secara detail sebagai salah satu syaratnya," sebut penanggungjawab proyek Reklamasi CPI Soeprapto di Makassar, Sulawesi Selatan Kamis.
Dalam kegiatan `Kick Off Meeting` Pelaksanaan Konstruksi Proyek CPI di kantor KSO Ciputra Yasmin CPI, kata dia Bokalis bertugas menyuplai pasir laut hasil pengerukan dari dasar laut di perairan laut Galesong, Takalar menggunakan kapal besar.
Perusahaan internasional ini bertugas membuat desain dan membangun lahan reklamasi sesuai dengan Detail Engineering Desain (DED) dengan menyediakan sembilan juta kubik pasir putih untuk membentuk kepala garuda dan lahan lainnya sesuai desain.
Sementara Kepala Proyek Direktur of Ciputra Grup Sinyo Pelelapu pada kesempatan itu menjelaskan kepada wartawan bahwa pengurusan segala izin berkaitan dengan proyek tersebut sudah selesai, dan diurus selama setahun lebih.
"Surat Izin Kerja Reklamasi, dan Surat Izin Kerja Keruk serta Izin Usaha Pertambangan dan Operasi Produksi Pasir Laut sudah selesai. Sementara untuk Izin Penggunaan Kapal Asing, Surat Izin Impor Kapal Asing, akan selesai pada pertengahan April 2017." katanya.
Mengenai dengan pembersihan ranjau peninggalan peran dunia II di lokasi Reklamasi, lanjut dia pihaknya bekerja sama dengan TNI AL telah meledakkan serta membersihkan ranjau laut tersebut.
"Izin sudah lengkap, sehingga PT Bokalis siap melaksanakan pengerukan pasir laut dengan jarak dua mil dari perairan Galesong. Kapal mengeruk pasir ini dilengkapi teknologi tinggi, selain itu sudah berpengalaman melakukan reklamasi," ucap Sinyo.
Perusahaan asal Belanda ini diperkirakan akan mulai melakukan pekerjaan pada pertengahan Mei 2017-April 2018. Pada proyek ini Bokalis akan menggunakan Ponotoon Sprayer.
Sedangkan kapal keruk yang digunakan jenis Trailiing Suction Hopper Dredger (TSHD) Fairway dengan kapasitas 35.500 meter kubik saat ini sedang berada di Singapura dan akan tiba di Makassar pada Mei mendatang.
Manager Direktur of Ciputra Grup Harun Hajadi menambahkan areal reklamasi seluas 157 hektare lebih, di antaranya 50,47 hektare akan diserahkan kepada Pemerintah Provisi Sulsel, di dalamnya ada tanah tumbuh dan pantai pasir putih.
"Lahan ini akan menjadi prioritas pertama pada tahap awal dilaksanakan Bokalis dengan target penyelesaian hingga April 2018," papar dia.
Selain itu izin-izin yang sebelumnya ada telah dilakukan adendum (peninjauan kembali) Amdal RKL-RPL pada 2016 termasuk surat kelayakan lingkungan hidup nomor.3/M.02a.NP/P2T/03/2016.
Manager Proyek PT Bokalis Jaap Dekker saat ditanya wartawan bagaimana sistem pengerukan di dasar laut, apakah tidak akan menggangu ekosistem dan biota laut di areal pengerukan diketahui berjarak dua mil lebih dari pesisir pantai, kata dia, ada caranya.
"Pengerukan akan kita lakukan secara perlahan-lahan karena berlapis-lapis, ibarat kue lapis, mesti ada jeda agar permukaan air tidak sampai mengeruh. Daerah ini sudah disurvei dan harus dilakukan secara hati-hati," tambahnya.