Makassar (Antara Sulsel) - Mantan Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo (IYL) akan melakukan penelitian di luar negeri dengan negara tujuan Jepang dan Korea sebagai bagian desertasi gelar doktornya di Unhas.
"Besok malam saya berangkat. Empat hari di Jepang, dan tiga hari di Korea," kata Ichsan yang juga Bakal Calon Gubernur Sulawesi Selatan ini saat dikonfirmasi, Selasa.
Sebagai orang yang dikenal pelopor pertama pendidikan gratis di Indonesia itu, dijadwalkan sepekan akan berada di Jepang dan Korea Selatan. Sesuai jadwal, dirinya akan bertolak dari Jakarta ke Jepang pada Rabu (23/08) malam.
Selama tujuh hari, penelitian difokuskan mendalami tentang penerapan pendidikan dasar, dirinya akan mengambil sampel di beberapa sekolah, kementerian pendidikan, maupun wawancara praktisi pendidikan di dua negara tersebut.
Diketahui, mantan Bupati Gowa ini tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana di Fakultas Hukum, Unhas yang fokus pada penelitian penyusunan desertasi tentang `Politik Hukum Pendidikan Dasar Dalam Sistem Pendidikan Nasional`."
Ichan melakukan penelitian di tujuh negara, antara lain Singapura, Malaysia, Swiss, Jepang, Korea, Newzealand dan Belanda.
Khusus di Singapura, dirinya sudah melakukan proses wawancara di sekolah dan kementerian, termasuk menyerap berbagai informasi tentang pendidikan disana.
Ujian proposal penelitian yang diajukan adik Kandung Gubernur Sulsel itu melewati ujian dengan sempurna.
Sebanyak tujuh guru besar Unhas akan menjadi tim penguji dan promotor kandidat doktor telah memberikan nilai A seusai ujian .
Nilai sempurna yang jarang didadapatkan calon peneliti saat melakukan ujian proposal, berhasil dicatatkan Ichsan yang secara meyakinkan mampu memukau para guru besar di bidang hukum, tata negara, maupun di bidang pendidikan.
Untuk proposal penelitian ini, ketua PMI Sulsel itu, mengambil latar belakang dari Pembukaan UUD 45 aline 4 yang garis besarnya tentang negara harus bisa mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam kajiannya, Ichsan melihat sistem pengelolaan pendidikan Indonesia masih `tertinggal dan terbelakang� jika dibanding dengan sistem pendidikan yang ada di negara negara Asia lainnya.
Hal ini dilihat, tambahnya, dari pelayanan pendidikan nasional yang masih berorientasi pada filosofi `stres akademik� yang cenderung memaksakan, menekan, bahkan mengancam.
"Cara ini tentu saja tidak akan mencipatkan atmosfir belajar yang kondusif untuk memberikan ruang yang luas bagi peserta didik dalam mengembangkan kretivitasnya," tambah Ichsan.
Meski begitu, ucap dia, kreativitas sangat dibutuhkan untuk berinovasi dan berkompetisi di masa mendatang.
Sebab�dampak dari penerapan sistem pendidikan itu berdasarkan hasil `Programer For Internasional Student Assesment (PISA), kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang Matematika, sains dan membaca masih rendah dibanding dengan peserta didik di dunia.
Berita Terkait
Hakim tidak menerima nota keberatan Syahrul Yasin Limpo
Rabu, 27 Maret 2024 14:33 Wib
Ahmad Sahroni: KPK menyarankan NasDem kembalikan Rp40 juta dari SYL
Jumat, 22 Maret 2024 15:08 Wib
Syahrul Yasin Limpo ajukan permohonan pemindahan rutan
Rabu, 20 Maret 2024 14:44 Wib
SYL minta dibebaskan dari tahanan pada sidang eksepsi di Pengadilan Tipikor Jakarta
Rabu, 13 Maret 2024 14:58 Wib
KPK menjadwalkan pemanggilan ulang Ahmad Sahroni
Rabu, 13 Maret 2024 14:51 Wib
Sidang pembacaan eksepsi Syahrul Yasin Limpo ditunda karena hakim sakit
Rabu, 6 Maret 2024 12:24 Wib
Penyidik KPK periksa Hanan Supangkat soal proyek di Kementan
Senin, 4 Maret 2024 17:32 Wib
SYL didakwa melakukan pemerasan dan terima gratifikasi Rp44,5 miliar
Rabu, 28 Februari 2024 13:47 Wib