Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) mendorong pengembangan ekonomi biru berbasis teknologi terbarukan.

"Kami berkomitmen mendorong penguatan ekonomi biru berbasis teknologi terbarukan," kata Sekretaris Bapperida Sulbar Muhammad Darwis Damir saat menerima audiensi Tim Periset Program Katalisator Kemitraan Berdikari di Mamuju, Rabu.

Pertemuan tersebut melibatkan kolaborasi lintas perguruan tinggi dan mitra lokal, antara lain Politeknik Bosowa, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Politeknik Indonesia, dan Politeknik Dewantara.

Selain itu, mitra dari Sulbar seperti Desa Orobatu, BUMdes Mandiri Orobatu, dan SMKN 1 Rangas Mamuju.

Ia menjelaskan bahwa Sulbar memiliki potensi luar biasa di sektor ekonomi biru dengan garis pantai mencapai 677 kilometer.

"Kami berharap semakin banyak pemangku kepentingan dan akademisi yang melakukan riset di Sulbar agar potensi ini bisa dikembangkan dan menarik investasi di daerah ini," ujarnya.

Kabid Riset dan Inovasi Daerah Bapperida Sulbar Musra Awaluddin menegaskan kesiapan pihaknya menelaah hasil riset sebagai dasar perencanaan dan pengembangan kebijakan daerah pada masa mendatang.

"Langkah kolaboratif ini menjadi bukti nyata keseriusan Pemprov Sulbar dalam mengintegrasikan teknologi terbarukan untuk memperkuat sektor ekonomi biru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, sekaligus mendukung arah pembangunan berkelanjutan di Sulbar," katanya.

Tim riset dengan ketua Dewi Andriani dari Politeknik Bosowa Makassar, Sulawesi Selatan pada pertemuan itu, mempresentasikan hasil penelitian berjudul "Peningkatan kualitas tangkapan melalui inovasi Solar Cell Freezer Box terapung dan pengolahan produk perikanan berkelanjutan".

Ia menjelaskan inovasi tersebut lahir sebagai solusi atas tantangan nelayan pesisir yang selama ini masih bergantung pada boks sterofoam dan es balok dalam menjaga kesegaran ikan.

"Dengan freezer box terapung berbasis solar cell, ikan dapat diawetkan langsung di atas kapal tanpa ketergantungan pada es balok," katanya.

Prototipe yang dikembangkan memiliki kapasitas hingga 300 liter dengan sistem panel surya terintegrasi antara kapal dan darat.

Selain itu, tim mengembangkan rumah pengasapan vertikal ramah lingkungan yang memanfaatkan energi surya untuk mengolah asap.

"Produk ikan asap yang dihasilkan bahkan mampu bertahan hingga tiga bulan, atau satu tahun bila dikemas vakum dan disimpan dalam freezer," katanya.

Ia menjelaskan inovasi ini memberikan dampak nyata, baik jangka pendek maupun panjang.

Dalam jangka pendek, katnaya, teknologi ini mengurangi kerugian pasca-tangkap, mendorong pemberdayaan masyarakat melalui produk olahan ikan, meningkatkan kepercayaan diri masyarakat terhadap penggunaan teknologi.

Dalam jangka panjang, riset tersebut diharapkan membentuk ekosistem perikanan terpadu berbasis teknologi ramah lingkungan, memperkuat kelembagaan nelayan, serta mendorong transformasi pola pikir masyarakat pesisir agar lebih terbuka terhadap inovasi.

Melalui pertemuan itu, tim periset berharap dukungan dari Pemprov Sulbar khususnya Bapperida dan dinas teknis terkait, dalam fasilitasi beberapa hal penting, antara lain penandatanganan kerja sama dengan Gubernur Sulbar dan penerbitan izin usaha PIRT dan sertifikat halal.

"Kami juga berharap pengadaan kapal baru untuk mendukung operasional freezer terapung dan pengembangan drop store sebagai pusat pemasaran produk olahan UMKM," kata Dewi.


Pewarta : Amirullah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2025