Makassar (ANTARA) - Sekolah Alam Leadership Cendekia (Le Cendekia) menggelar Le Food Festival untuk memperingati Hari Pangan Sedunia yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2025 di Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Penanggung Jawab Le Food Festival Andi Agus menyampaikan sebagai insan muda yang bergelut pada pendidikan bertajuk cinta, tentu saja tak memiliki keyakinan terhadap kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bisa dimulai dari berbagai kemasan aktivitas.
“Jadi kami mengedepankan pendidikan yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan bahan belajar, masyarakat lainnya juga tentu saja memiliki kreativitas dalam memanfaatkan dan menjaga lingkungan. Namun, langkah nyata harus dilakukan bersama bukan menjadi tanggung jawab salah satu kelompok semata,” kata Andi saat dialog terkait acara tersebut di Gowa, Kamis (16/10).
Menurut dia, kegiatan dengan tema “Smart Food Smart Culture” ini digelar berbagai pelatihan antara lain pembuatan Ecoprint, pelatihan pembuatan crackers dan kombuca, serta pelatihan pembuatan lilin aroma terapi, dan dihadiri perwakilan BRIN dengan memberikan bantuan komposter untuk sekolah Alam Le Cendekia.
Sementara itu, Kepala Desa Pakatto Basir mengatakan kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat itu merupakan langkah nyata dalam merawat dan menghargai lingkungan yang terjaga keasriannya melalui penjagaan alam.
Menurut dia, terkait kampanye untuk menjaga lingkungan mesti diresapi bukan hanya berupa ujaran saja. Namun menjadi gerakan nyata salah satunya menghadirkan kegiatan yang memberi dan merawat ingat masyarakat tentang bergantungnya manusia terhadap ketersedian lingkungan hidup yang baik.
“Upaya menjaga lingkungan harus dilakukan oleh semua generasi, sebab generasi yang akan datang tentu hanya akan mendengar cerita keasrian lingkungan, bisa saja beberapa tumbuhan yang akrab dengan dapur rumah tangga saat ini tak lagi dinikmati generasi yang akan datang jika kondisi lingkungan sudah tidak baik-baik saja,” ujarnya.
Sedangkan, Eco-Life Coach, Darhamsyah menuturkan hal sederhana untuk membangkitkan kesadaran menjaga lingkungan bisa dimulai dari piring kecil setiap manusia.
Kata dia, rasa syukur dan apresiasi. Setiap suapan berbagai pangan dan lauk yang masyarakat nikmati mesti dilihat proses dari tanah hingga ke piring itu.
“Istilahnya makan dengan berkesadaran, meresapi semua makan bersumber dan berproses dari mana dan oleh siapa,” ungkapnya.
Menurutnya, keaktifan menjaga lingkungan itu bisa ditumbuhkan mulai dari lingkaran kecil pada meja makan manusia.
“Jadi dari sisa makanan yang ada di piring juga bisa menjadi sumber penghidupan tumbuhan yang bisa diolah oleh masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu, Dosen Program Doktor KLHK UNM Prof Nurlita Pertiwi menyampaikan, berkesadaran pangan melalui menanam juga bisa menjadi salah satu langkah berbagi dengan tetangga lainnya. Sebab rata-rata hasil dari tanaman bisa dinikmati bersama dengan tetangga, bahkan bisa menjadi subsidi pengeluaran pangan rumah tangga jika hasil dari tanaman tersebut melimpah-ruah.
“Jadi konsep subsidi pengeluaran pangan ini bisa dilakukan mulai dari tanaman yang kita rawat, jika terjadi demikian satu tingkat menuju kesejahteraan pangan sudah dilakukan,” paparnya.(*/Inf)
Penanggung Jawab Le Food Festival Andi Agus menyampaikan sebagai insan muda yang bergelut pada pendidikan bertajuk cinta, tentu saja tak memiliki keyakinan terhadap kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bisa dimulai dari berbagai kemasan aktivitas.
“Jadi kami mengedepankan pendidikan yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan bahan belajar, masyarakat lainnya juga tentu saja memiliki kreativitas dalam memanfaatkan dan menjaga lingkungan. Namun, langkah nyata harus dilakukan bersama bukan menjadi tanggung jawab salah satu kelompok semata,” kata Andi saat dialog terkait acara tersebut di Gowa, Kamis (16/10).
Menurut dia, kegiatan dengan tema “Smart Food Smart Culture” ini digelar berbagai pelatihan antara lain pembuatan Ecoprint, pelatihan pembuatan crackers dan kombuca, serta pelatihan pembuatan lilin aroma terapi, dan dihadiri perwakilan BRIN dengan memberikan bantuan komposter untuk sekolah Alam Le Cendekia.
Sementara itu, Kepala Desa Pakatto Basir mengatakan kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat itu merupakan langkah nyata dalam merawat dan menghargai lingkungan yang terjaga keasriannya melalui penjagaan alam.
Menurut dia, terkait kampanye untuk menjaga lingkungan mesti diresapi bukan hanya berupa ujaran saja. Namun menjadi gerakan nyata salah satunya menghadirkan kegiatan yang memberi dan merawat ingat masyarakat tentang bergantungnya manusia terhadap ketersedian lingkungan hidup yang baik.
“Upaya menjaga lingkungan harus dilakukan oleh semua generasi, sebab generasi yang akan datang tentu hanya akan mendengar cerita keasrian lingkungan, bisa saja beberapa tumbuhan yang akrab dengan dapur rumah tangga saat ini tak lagi dinikmati generasi yang akan datang jika kondisi lingkungan sudah tidak baik-baik saja,” ujarnya.
Sedangkan, Eco-Life Coach, Darhamsyah menuturkan hal sederhana untuk membangkitkan kesadaran menjaga lingkungan bisa dimulai dari piring kecil setiap manusia.
Kata dia, rasa syukur dan apresiasi. Setiap suapan berbagai pangan dan lauk yang masyarakat nikmati mesti dilihat proses dari tanah hingga ke piring itu.
“Istilahnya makan dengan berkesadaran, meresapi semua makan bersumber dan berproses dari mana dan oleh siapa,” ungkapnya.
Menurutnya, keaktifan menjaga lingkungan itu bisa ditumbuhkan mulai dari lingkaran kecil pada meja makan manusia.
“Jadi dari sisa makanan yang ada di piring juga bisa menjadi sumber penghidupan tumbuhan yang bisa diolah oleh masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu, Dosen Program Doktor KLHK UNM Prof Nurlita Pertiwi menyampaikan, berkesadaran pangan melalui menanam juga bisa menjadi salah satu langkah berbagi dengan tetangga lainnya. Sebab rata-rata hasil dari tanaman bisa dinikmati bersama dengan tetangga, bahkan bisa menjadi subsidi pengeluaran pangan rumah tangga jika hasil dari tanaman tersebut melimpah-ruah.
“Jadi konsep subsidi pengeluaran pangan ini bisa dilakukan mulai dari tanaman yang kita rawat, jika terjadi demikian satu tingkat menuju kesejahteraan pangan sudah dilakukan,” paparnya.(*/Inf)