Makassar (Antaranews Sulsel) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah 6 Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua) mengatakan kineja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan tetap tumbuh positif meski mengalami pelambatan.
Kepala OJK VI Sulampua Zulmi di Makassar, Rabu, mengatakan untuk biaya kredit misalnya jika dibandingkan dengan data Desember 2017 yang berada diposisi Rp115,27 triliun namun pada Februari 2018 justru menurun menjadi Rp114,25 triliun.
"Untuk dana aset juga menurun sedikit dari Rp136,55 triliun pada Desember 2017, kini melambat sedikit menjadi Rp131,14 triliun. Ini memang sesuai dengan siklusnya," katanya.
Khusus penurunan kredit yang terjadi pada Februari, kata dia, dikarenakan biasanya kredit perusahaan-perusahaan besar itu umumnya dilunasi pada akhir tahun. Sementara biasanya untuk waktu pembayarannya justru baru dilakukan pada awal tahun.
Begitupun dengan Dana Pihak Ketiga (DPK), menurut dia, juga menurun karena dipengaruhi berbagai kebutuhan untuk pembiayaan yang membuat cenderung turun. "Namun kondisi seperti itu biasanya akan mengalami perubahan pada Maret 2018," jelasnya.
Berbeda dengan kredit, dana aset ataupun DPK yang cenderung menurun, untuk industri pasar modal di Sulsel justru terus mencatat peningkatan.
Nilai transaksi pasar modal (saham) di Sulsel periode Januari-Februari drai 16 perusahaan sekuritas mencapai Rp2,22 trilun atau tumbuh sebebsar 34,68 persen.
Begitupun dengan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) di Sulsel juga tumbuh positif. Aset dana pensiun posisi Februari tumbuh 8,47 persen yoy menjadi Rp933,93 miliar.
Sedangkan aset modal ventura tumbuh double digit 21,38 persen year on year menjadi Rp 52,37 miliar. Adapun Pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan tumbuh 2,47 persen yoymenjadi Rp12,31 triliun.
"Sementara untuk pinjaman yang diberikan perusahaan pegadaian juga ikut tumbuh 4,84 persen yoy menjadi Rp3,21 triliun," ujarnya.
Kepala OJK VI Sulampua Zulmi di Makassar, Rabu, mengatakan untuk biaya kredit misalnya jika dibandingkan dengan data Desember 2017 yang berada diposisi Rp115,27 triliun namun pada Februari 2018 justru menurun menjadi Rp114,25 triliun.
"Untuk dana aset juga menurun sedikit dari Rp136,55 triliun pada Desember 2017, kini melambat sedikit menjadi Rp131,14 triliun. Ini memang sesuai dengan siklusnya," katanya.
Khusus penurunan kredit yang terjadi pada Februari, kata dia, dikarenakan biasanya kredit perusahaan-perusahaan besar itu umumnya dilunasi pada akhir tahun. Sementara biasanya untuk waktu pembayarannya justru baru dilakukan pada awal tahun.
Begitupun dengan Dana Pihak Ketiga (DPK), menurut dia, juga menurun karena dipengaruhi berbagai kebutuhan untuk pembiayaan yang membuat cenderung turun. "Namun kondisi seperti itu biasanya akan mengalami perubahan pada Maret 2018," jelasnya.
Berbeda dengan kredit, dana aset ataupun DPK yang cenderung menurun, untuk industri pasar modal di Sulsel justru terus mencatat peningkatan.
Nilai transaksi pasar modal (saham) di Sulsel periode Januari-Februari drai 16 perusahaan sekuritas mencapai Rp2,22 trilun atau tumbuh sebebsar 34,68 persen.
Begitupun dengan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) di Sulsel juga tumbuh positif. Aset dana pensiun posisi Februari tumbuh 8,47 persen yoy menjadi Rp933,93 miliar.
Sedangkan aset modal ventura tumbuh double digit 21,38 persen year on year menjadi Rp 52,37 miliar. Adapun Pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan tumbuh 2,47 persen yoymenjadi Rp12,31 triliun.
"Sementara untuk pinjaman yang diberikan perusahaan pegadaian juga ikut tumbuh 4,84 persen yoy menjadi Rp3,21 triliun," ujarnya.