Mahasiswa Fisip Unhas juara debat ekonomi
Kita harus banyak memberi pengalaman berkompetisi bagi mahasiswa, artinya kita menyiapkan palagan-palagan bagi mereka. Hal ini akan memotivasi bakat-bakat terbaik bermunculan
Makassar (Antaranews Sulsel) - Tiga mahasiswa Universitas Hasanuddin menjadi juara pertama sekaligus sebagai pembicara terbaik (best speaker) pada lomba debat Maliki Economic Debate Competition (Medcom) UIN Maulana Malik Ibrahim, di Malang, Jawa Timur, 14 November 2018.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP Unhas Dr Hasrullah, MA di Makassar, Jumat, mengatakan tiga delegasi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu masing-masing Riski Isawatum Mu'si (Ilmu Pemerintahan), Alfiana (Ilmu Administrasi Negara) dan Ummi Kartika Khaerani (Ilmu Komunikasi).
"Kita harus banyak memberi pengalaman berkompetisi bagi mahasiswa, artinya kita menyiapkan palagan-palagan bagi mereka. Hal ini akan memotivasi bakat-bakat terbaik bermunculan," katanya.
Penguasaan materi ekonomi yang cukup baik termasuk dalam hal industri dan kewirausahaan membuat delegasi FISIP Unhas mampu mengungguli 36 tim dari 24 universitas di Indonesia.
Delegasi FISIP Unhas berhasil meraih predikat pertama setelah mengalahkan tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada babak penyisihan, Universitas Sumatera Utara pada babak semifinal dan Universitas Negeri Surabaya pada babak final.
Sementara itu, Riski Isawatum Mu'si menyatakan pencapaian tersebut diraih melalui proses persiapan matang, pembagian kerja yang jelas dan kekompakan tim dalam melaksanakan setiap tugasnya.
Anggota delegasi lainnya, Ummi Kartika, menambahkan dukungan dari pihak universitas dalam hal keberangkatan maupun motivasi menambah semangat sehingga tim ini bisa mencapai prestasi tersebut.
"Awalnya, kami tidak menyangka bahwa kami akan mendapatkan predikat pertama sekaligus sebagai pembicara terbaik. Berhubung, tim lawan juga sangatlah hebat dan kuat dalam menyampaikan argumentasi," katanya.
Namun saat diumumkan, kami meraih juara pertama dan menjadi pembicara terbaik, kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada kami," lanjut Ummi.
Sedangkan Alfiana mengungkapkan mereka menghadapi tantangan yang tidak kecil. Mulai dari pesawat delay hingga metode debat yang berbeda dari biasanya.
"Selain itu, waktu pendaftaran ulang yang singkat juga menjadi kendala tersendiri, terutama dalam hal waktu pengajuan dana ke kampus yang sangat sempit," kata Alfiana.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP Unhas Dr Hasrullah, MA di Makassar, Jumat, mengatakan tiga delegasi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu masing-masing Riski Isawatum Mu'si (Ilmu Pemerintahan), Alfiana (Ilmu Administrasi Negara) dan Ummi Kartika Khaerani (Ilmu Komunikasi).
"Kita harus banyak memberi pengalaman berkompetisi bagi mahasiswa, artinya kita menyiapkan palagan-palagan bagi mereka. Hal ini akan memotivasi bakat-bakat terbaik bermunculan," katanya.
Penguasaan materi ekonomi yang cukup baik termasuk dalam hal industri dan kewirausahaan membuat delegasi FISIP Unhas mampu mengungguli 36 tim dari 24 universitas di Indonesia.
Delegasi FISIP Unhas berhasil meraih predikat pertama setelah mengalahkan tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada babak penyisihan, Universitas Sumatera Utara pada babak semifinal dan Universitas Negeri Surabaya pada babak final.
Sementara itu, Riski Isawatum Mu'si menyatakan pencapaian tersebut diraih melalui proses persiapan matang, pembagian kerja yang jelas dan kekompakan tim dalam melaksanakan setiap tugasnya.
Anggota delegasi lainnya, Ummi Kartika, menambahkan dukungan dari pihak universitas dalam hal keberangkatan maupun motivasi menambah semangat sehingga tim ini bisa mencapai prestasi tersebut.
"Awalnya, kami tidak menyangka bahwa kami akan mendapatkan predikat pertama sekaligus sebagai pembicara terbaik. Berhubung, tim lawan juga sangatlah hebat dan kuat dalam menyampaikan argumentasi," katanya.
Namun saat diumumkan, kami meraih juara pertama dan menjadi pembicara terbaik, kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada kami," lanjut Ummi.
Sedangkan Alfiana mengungkapkan mereka menghadapi tantangan yang tidak kecil. Mulai dari pesawat delay hingga metode debat yang berbeda dari biasanya.
"Selain itu, waktu pendaftaran ulang yang singkat juga menjadi kendala tersendiri, terutama dalam hal waktu pengajuan dana ke kampus yang sangat sempit," kata Alfiana.