Makassar (Antaranews Sulsel) - Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI/IlFA) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) menilai pemberlakuan tarif tambahan biaya jasa operator pelayaran (surcharge kongesti) sangat tidak tepat.
"Bagi kami di ALFI, pemberlakuan surcharge kongesti itu sangat tidak tepat karena kegiatan aktivitas bongkar muat masih berjalan normal," ujar Ketua Umun DPW ALFI Sulselbar, Syaifuddin Ipho di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan permasalahan banyaknya barang yang tertimbun di suatu tempat sehingga menimbulkan kemacetan arus barang disebabkan oleh operator pelabuhan.
Dia menyatakan dari kapasitas dan fasilitas tidak berimbang sehingga terjadi antrian kapal yang cukup panjang serta adanya beberapa peralatan yang sudah mengalami masalah.
"Bukan beban tersebut dialihkan kepada coustumer. Keterlambatan kapal ini sudah sangat merugikan coustumer karena distribusi barang terhambat dan dampaknya sangat besar terhadap ketersediaan komoditas," katanya.
Syaifuddin berharap pelaku pelayaran bisa mendukung upaya efisiensi biaya logistik di tengah kondisi melambatnya ekonomi nasional di awal tahun ini.
Selain itu, ALFI Sulselbar juga meminta operator pelayaran mencabut kebijakan tersebut agar tidak menimbulkan polemik antarsesama pengguna jasa kepelabuhanan.
Sementara itu sejumlah perusahaan operator pelayaran ramai-ramai memberlakukan tarif tambahan bagi pengusaha logistik di Makassar.
Beberapa perusahaan operator yang sudah mulai memberlakukannya yakni PT Tanto Intim Line dan tiga perusahaan besar lainnya yakni SPIL, Meratus dan Samudra Indonesia.
Melalui surat edarannya, perusahaan-perusahaan sepakat memberlakukan tarif tambahan dengan alasan terjadinya antrian sandar kapal di Pelabuhan Makassar.
Adapun biaya tambahan kapal itu akan dikenakan biaya surcharge kongesti khusus rute Surabaya - Makassar - Out stuffing full container pada 11 Januari 2019.
Sedangkan PT. Pelindo IV (Persero) tengah melakukan penambahan alat di TPM, yaitu satu unit Container Crane (CC) dan dua unit Rubber Tired Gantry (RTG), sehingga total terminal petikemas tersibuk di KTI ini akan memiliki tujuh unit CC dan 18 unit RTG. Juga tambahan lima unit alat Reach Stacker.
Berita Terkait
OJK catat total aset perbankan di Sulsel hingga Februari 2024 capai Rp190,95 triliun
Senin, 8 April 2024 18:14 Wib
Bulog Sulselbar mulai serap jagung produksi petani
Jumat, 5 April 2024 21:05 Wib
Bulog Sulsel jamin ketersediaan beras jelang Idul Fitri 1445 H
Minggu, 31 Maret 2024 17:48 Wib
Pemkab Toraja Utara menerima bantuan tong sampah dari Bank Sulselbar
Jumat, 22 Maret 2024 15:04 Wib
PLN bantu menyalakan sambungan listrik 219 rumah di Sulselbar
Kamis, 14 Maret 2024 20:12 Wib
Bulog Sulselbar pastikan stok beras aman selama Ramadhan 1445 H
Selasa, 12 Maret 2024 14:16 Wib
Pengendalian harga pangan jelang Ramadhan di Sulsel
Selasa, 5 Maret 2024 14:28 Wib
Seratusan siswa dari 24 sekolah se-Sulselbar ikuti kompetisi e-sport di Makassar
Sabtu, 2 Maret 2024 7:44 Wib