Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana mendukung berbagai upaya untuk menyelesaikan perjanjian dagang Indonesia dengan negara-negara yang potensial menjadi pasar tujuan ekspor baru.
Danang dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan upaya ratifikasi tersebut dapat menjaring potensi pasar yang lebih besar dan mengganti nilai ekspor yang hilang dari Amerika Serikat (AS) maupun China akibat perang dagang.
"Kita akan lebih mudah berdagang dengan negara-negara yang mempunyai perjanjian dagang dengan Indonesia," katanya.
Menurut dia, banyak ratifikasi perjanjian dagang yang sudah dilakukan Kementerian Perdagangan, meski belum sepenuhnya usai, terutama ke negara-negara Rusia, Asia Tengah, dan Asia Selatan, yang diharapkan selesai pada akhir 2019.
Padahal, tambah dia, negara-negara nontradisional ekspor ini mempunyai kinerja pertumbuhan ekonomi yang baik, ketika kondisi global masih diliputi ketidakpastian.
"Kalau kita bisa dagang ke mereka dengan lebih baik, bisa mengatasi masalah-masalah hubungan dengan Uni Eropa juga," kata Danang.
Ia mengharapkan upaya pencarian pasar ekspor ini dapat memperkuat kinerja neraca perdagangan yang masih tercatat defisit, terutama setelah dua negara tujuan ekspor utama, AS dan China, sama-sama melakukan perang tarif dagang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor Indonesia ke dua negara adidaya tersebut mencapai 26,59 persen dari total ekspor pada semester I-2019.
Dalam kesempatan terpisah, Anggota Komisi VI DPR RI, Juliari Batubara mengapresiasi upaya untuk mencari negara tujuan ekspor baru karena pasar komoditas yang sekian lama jadi andalan ekspor nasional sudah tidak lagi menggairahkan.
Menurut dia, pemerintah perlu mengutamakan negara-negara yang mampu menyerap ekspor produk dengan volume yang sangat besar agar neraca perdagangan dapat kembali tumbuh positif.
Untuk itu, politisi PDI-Perjuangan ini mengharapkan Kementerian Perdagangan mampu membuka jalan bagi eksportir, agar produk nasional, terutama yang mempunyai daya saing, bisa mendapatkan kemudahan masuk pasar mancanegara.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance, Ahmad Heri Firdaus ikut mengharapkan adanya upaya melanjutkan perjanjian bebas dengan negara-negara tujuan ekspor yang potensial untuk membuka pasar yang lebih luas.
Selain itu, tambah dia, pemerintah perlu membuat intelijen pasar untuk mencari pasar nontradisional baru dengan tetap mempertahankan pasar lama dengan potensi besar yang selama ini konsisten menyerap produk-produk Indonesia.
"Volume perdagangan kita ke China sudah menjadi yang tertinggi, artinya kita sangat bergantung dengan perdagangan dengan China, tapi kita tetap harus membuka peluang untuk ekspor," kata Heri.
Berita Terkait
Pemerintah Indonesia perluas akses pasar perdagangan antisipasi resesi Jepang
Sabtu, 17 Februari 2024 12:02 Wib
AS tidak membendung China, namun menuduh Beijing ubah aturan dagang
Senin, 11 September 2023 12:55 Wib
PRS 2023 jadi misi dagang produk andalan Sulawesi Selatan
Selasa, 29 Agustus 2023 17:27 Wib
Mendag: Rusia mitra dagang penting untuk ASEAN
Senin, 21 Agustus 2023 11:21 Wib
Indonesia dan Uni Eropa berkomitmen akselerasi perundingan IEU CEPA
Minggu, 16 Juli 2023 23:45 Wib
Mendag terus menggenjot peningkatan investasi Indonesia-Korea selatan
Selasa, 11 Juli 2023 13:58 Wib
China mulai memberlakukan UU baru anti spionase
Sabtu, 1 Juli 2023 18:52 Wib
Penyidik Kejagung menetapkan Muhammad Yusrizki sebagai tersangka BTS Kominfo
Kamis, 15 Juni 2023 18:21 Wib