Jakarta (ANTARA) - Indonesia tidak pernah menggunakan ganja sebagai salah satu bahan obat jenis apapun, demikian disampaikan Kepala Pusat Laboratorium Narkotika Badan Narkotika Nasional (BNN) Brigjen Pol. Mufti Djusnir.
"Karena kita sudah memasukkan ganja ke dalam narkotika golongan I dalam UU No.35 tahun 2009. Kalau golongan I, kami tidak sepakat digunakan untuk keperluan medis," kata Mufti saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Mufti menegaskan tidak pernah ada peraturan yang melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan medis apapun bahkan sebelum pengesahan UU Narkotika pada 2009.
Penggunaan ganja di Tanah Air, sesuai UU No.35/2019, hanya untuk keperluan penelitian lembaga yang berwenang. Narkotika golongan itu mempunyai dampak ketergantungan yang sangat tinggi.
"Penyelewengan-nya jauh lebih buruk ketimbang manfaatnya. Banyak (pihak) yang menggunakan ganja untuk tujuan penyalahgunaan ketimbang medis," ujarnya.
Sementara, ahli medis dari University of Pennsylvania Perelman School of Medicine Marcel Bonn-Miller, seperti dilansir laman WebMD, mengungkapkan peneliti bahkan harus memiliki izin khusus bila ingin meneliti ganja.
Penggunaan ganja untuk pengobatan di beberapa negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat, menurut Bonn-Miller, biasanya terbatas pada ganja dalam bentuk tanaman atau zat kimia di dalamnya, yakni Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).
Sejumlah masalah kesehatan yang biasanya ditangani dengan ganja medis antara lain penyakit Alzheimer, kanker, anoreksia, glukoma, gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan PTSD, multiple sclerosis (MS) dan nyeri.
"Tetapi, belum ada bukti ganja bisa membantu kondisi-kondisi tersebut," tutur Bonn-Miller.
Badan pengawas pangan dan obat-obatan Amerika (FDA) menyetujui penggunaan dua jenis obat cannabinoid yakni dronabinol dan nabilone untuk mengatasi efek muntah kemoterapi.
Selain itu, cannabinoids, zat aktif dalam ganja medis menurut studi bisa mengurangi kecemasan, peradangan, membunuh sel kanker, hingga mengendurkan ketegangan otot pada penderita MS.
Namun, Mufti menambahkan pemerintah di negara-negara yang melegalkan ganja mulai meninjau ulang keputusan penggunaan ganja, salah satunya untuk pengobatan.
"Ada informasi baru di negara Eropa seperti Belanda, Amerika Serikat yang awalnya melegalkan, sekarang bermasalah. Sulit mengatasi permasalahan sosial masyarakatnya. Mereka akan meninjau ulang (penggunaan ganja untuk pengobatan)," kata Mufti.
Berita Terkait
Bea cukai Makassar menggagalkan penyelundupan 2,7 kilogram ganja
Rabu, 24 Januari 2024 12:55 Wib
Polda Sulsel telusuri jaringan penanam ganja di Kabupaten Gowa
Rabu, 28 Juni 2023 20:45 Wib
Polda Sulsel ungkap kasus penanaman ganja di Gowa
Rabu, 28 Juni 2023 0:44 Wib
Polrestabes Makassar memusnahkan 2,8 kilogram ganja
Rabu, 31 Mei 2023 17:32 Wib
Komisi III DPR apresiasi Polda Sulsel grebek ladang ganja di Bontocani Bone
Kamis, 16 Februari 2023 13:49 Wib
Polisi sita ganja dan sabu saat tangkap aktor Revaldo
Kamis, 12 Januari 2023 14:59 Wib
BNN menyita 1,9 ton sabu-sabu dan satu ton ganja di 2022
Kamis, 29 Desember 2022 11:56 Wib
Polda Sulsel mengungkap peredaran narkoba jalur ekspedisi
Jumat, 28 Oktober 2022 17:35 Wib