Anggota DPR minta masyarakat memahami pentingnya program KB
Makassar (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Jalaluddin Akbar meminta kepada masyarakat umum agar memahami program pengendalian penduduk dengan memaksimalkan sumber daya manusia melalui program keluarga berencana (KB).
"Kami di DPR khususnya di Komisi IX punya banyak mitra kerja salah satunya BKKBN. Khusus untuk BKKBN, program-program kependudukan dan keluarga berencana harus terus dimasifkan," ujar Jalaluddin Akbar di Makassar, Selasa.
Dalam sosialisasi yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) menekankan keluarga berencana tidak melarang punya anak. "Akan tetapi perlu ditinjau dari dampak yang dirasakan ketika keluarga tidak terencana berarti akan menambah jumlah populasi penduduk."
Ia mengatakan program pemerintah khususnya KB ini tidak bertentangan dengan agama, melainkan hanya untuk mengendalikan populasi.
Ia menjelaskan tingginya populasi penduduk di Indonesia tidak diimbangi dengan pengembangan wilayah maupun jalan sehingga beberapa permasalahan baru muncul dalam masyarakat karena tidak seimbangnya pengembangan dan pembangunan itu.
"Baru-baru ini saya melihat video viral, ada kebakaran yang terjadi di suatu tempat kemudian mobil pemadamnya malah dirusak oleh warga. Kenapa, karena hampir di setiap lorong rumah sudah ada mobil dan motor terparkir, padatnya jalan-jalan lorong menjadi masalah seperti mobil pemadam itu yang mencoba melewati jalan lorong," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Advokasi Pengarahan dan Informasi BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan H Amirullah Hamzah mengaku program KB tersebut sangat membantu.
"Sosialisasi seperti ini sangat penting karena hal ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa pentingnya program keluarga berencana," ucapnya.
Ia mengatakan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) sangat penting untuk diedukasi ke masyarakat agar dapat mewujudkan keluarga yang terencana.
"Usia ideal untuk wanita menikah yaitu usia 21 tahun ke atas dan pria di usia 25 tahun ke atas dengan berbagai macam pertimbangan seperti kesiapan psikologi dari kedua belah pihak," ucapnya.
"Kami di DPR khususnya di Komisi IX punya banyak mitra kerja salah satunya BKKBN. Khusus untuk BKKBN, program-program kependudukan dan keluarga berencana harus terus dimasifkan," ujar Jalaluddin Akbar di Makassar, Selasa.
Dalam sosialisasi yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) menekankan keluarga berencana tidak melarang punya anak. "Akan tetapi perlu ditinjau dari dampak yang dirasakan ketika keluarga tidak terencana berarti akan menambah jumlah populasi penduduk."
Ia mengatakan program pemerintah khususnya KB ini tidak bertentangan dengan agama, melainkan hanya untuk mengendalikan populasi.
Ia menjelaskan tingginya populasi penduduk di Indonesia tidak diimbangi dengan pengembangan wilayah maupun jalan sehingga beberapa permasalahan baru muncul dalam masyarakat karena tidak seimbangnya pengembangan dan pembangunan itu.
"Baru-baru ini saya melihat video viral, ada kebakaran yang terjadi di suatu tempat kemudian mobil pemadamnya malah dirusak oleh warga. Kenapa, karena hampir di setiap lorong rumah sudah ada mobil dan motor terparkir, padatnya jalan-jalan lorong menjadi masalah seperti mobil pemadam itu yang mencoba melewati jalan lorong," katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Advokasi Pengarahan dan Informasi BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan H Amirullah Hamzah mengaku program KB tersebut sangat membantu.
"Sosialisasi seperti ini sangat penting karena hal ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa pentingnya program keluarga berencana," ucapnya.
Ia mengatakan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) sangat penting untuk diedukasi ke masyarakat agar dapat mewujudkan keluarga yang terencana.
"Usia ideal untuk wanita menikah yaitu usia 21 tahun ke atas dan pria di usia 25 tahun ke atas dengan berbagai macam pertimbangan seperti kesiapan psikologi dari kedua belah pihak," ucapnya.