Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan menerapkan manajemen pengelolaan air dengan sistem perpipaan untuk meningkatkan produksi jagung pada lahan seluas 200 hektare di Kabupaten Takalar.
Terkait hal tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah mengunjungi Melbourne, Australia, sejak Minggu (6/10/2019) untuk mempelajari manajemen air dalam rangka memodernisasi pertanian di Sulsel.
"Sistem manajemen air dalam program pengembangan jagung di Takalar dimulai tahun 2019, ini," kata Nurdin dalam keterangannya di Makassar, Selasa.
Bupati Bantaeng periode 2008-2018 ini mengatakan sistem perpipaan akan menjadi tonggak peradaban pertanian modern di Sulsel.
Area Sales Manager Netafim Australia John Poggioli mengatakan pihaknya memproduksi pipa dan komponennya yang lengkap untuk pengembangan sistem pertanian modern di Australia.
"Air dikelola dan diukur dengan sistem digitalisasi," katanya.
Selang pipa produksi Netafim sudah dilengkapi dengan lubang air berukuran sama pada jarak tertentu yakni setiap 50 sentimeter.
Pipa ditanam pada kedalaman tertentu pada jarak satu meter tiap bedengan.
Air yang dipasok melalui pipa ini diatur pada waktu-waktu tertentu dan dapat dikontrol menggunakan aplikasi di telepon genggam.
Lalu, air dipompa dari kolam sekitar 20 meter x 5 meter dengan kedalaman satu meter.
Kolam penampungan ini mampu mengairi lahan seluas 40 hektare.
"Sumber air dipasok dari bendungan. Kami punya empat bendungan," jelasnya.
Program perpipaan produksi Netafim menggunakan GPS, sehingga dapat diketahui dengan segera jika ada kebocoran, dan tingkat kelembaban yang sesuai kebutuhan tanaman.
Manager Director Netafim Levy Schneider menambahkan sistem manajemen air ini telah dikembangkan di India dan Afrika Selatan, yang sering terkena krisis air.
Pemerintah India, jelasnya, membuat program peningkatan kesejahteraan petani dengan memanfaatkan sistem pengairan tetes senilai 100 juta dolar AS.
Pada tahun pertama, program ini berhasil meningkatkan produksi pertanian dengan nilai setara 100 juta dolar AS dan meningkatkan kesejahteraan 27.000 petani setempat.
Di Austalia juga, katanya, minim sumber daya air sehingga harus diatur dengan baik, melalui program penghematan air.
Menurut Levy, petani Australia membayar air untuk pengairan sebesar 800 dolar Australia atau Rp7,6 juta dengan kurs Rp9.536 per dolar Australia untuk setiap 1.000 meter kubik air.
"Petani membayar karena hasil pertanian mereka menguntungkan. Tiap hektare lahan memproduksi 19 ton jagung dengan tingkat basah 20 persen," katanya.
Dijelaskannya, baru 13 persen dari total lahan pertanian di dunia yang menggunakan sistem manajemen irigasi tetes.
Dengan sistem ini, disuplai kebutuhan tanaman seperti air, pupuk cair, dan nutrisi.
Berita Terkait
Menlu Lavrov : Rusia akan mengawal penyelidikan ledakan pipa gas Nord Stream
Jumat, 31 Maret 2023 11:32 Wib
BPBD DKI Jakarta: 1.085 warga mengungsi akibat kebakaran pipa BBM Pertamina
Sabtu, 4 Maret 2023 9:31 Wib
Penjabat Gubernur DKI: Kebakaran Depo Plumpang menewaskan 13 orang dan 49 luka bakar
Sabtu, 4 Maret 2023 9:04 Wib
Delapan orang hilang akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang
Sabtu, 4 Maret 2023 7:07 Wib
Menteri BUMN siap kawal pengusutan insiden terbakarnya pipa Pertamina Plumpang
Sabtu, 4 Maret 2023 6:14 Wib
Erick Thoir instruksikan Pertamina bertindak cepat selamatkan warga dari kebakaran pipa minyak
Jumat, 3 Maret 2023 23:37 Wib
PDAM Makassar tutup sementara 16 titik saluran air akibat pipa bocor
Rabu, 1 Februari 2023 17:58 Wib
Presiden ungkap pembelian pipa produk impor oleh perusahaan BUMN meski ada pabrik lokal
Selasa, 14 Juni 2022 14:01 Wib