Makassar (ANTARA) - Gubernur sekaligus Ketua Gugus Tugas Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) HM Nurdin menyerahkan 4.000 alat rapid test COVID-19 kepada Universitas Hasanuddin (Unhas).
Selain alat rapid test, Gubernur juga menyerahkan masker non-medis 3.000 buah, APD UEA 2.500 buah, masker N95 100, Googless 1.000 buah.
"Demikian juga Unhas, termasuk APD kita juga berikan. Dan itulah wujud daripada sinergi yang sudah kita bangun bersama. Kami harap, dengan kolaborasi yang dibuat ini, kita bisa cepat memutus rantai penularannya," kata Nurdin Abdullah dalam keterangannya di Makassar, Kamis.
Pemberian alat ini akan dimanfaatkan oleh Unhas, termasuk melakukan rapid test kepada 4.000 dosen.
Sementara Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA menjelaskan, sebelumnya telah dilakukan rapid test kepada tenaga pendidikan dan pegawai unhas sebanyak 2.000 orang. Ditemukan 37 reaktif rapid test, kemudian dilanjutkan swab, hasilnya 25 orang dinyatakan positif COVID-19. Selanjutnya mereka telah diisolasi.
"Sekarang setelah 2.000 pegawai, saya minta bantuan dari provinsi lagi untuk tes 4.000 dosen. Mudah-mudahan nggak ada, kalau ada pun segera kita tangani. Jadi saya bilang, kalaupun ada yang positif itu bukan suatu aib," jelasnya.
"Bahkan itu tujuannya kita bisa memutus mata rantai penularan. Kalau kita positif langsung diidentifikasi, ditracing jadi mencegah penularan ke orang lain. Bahkan menjadi pahlawan bagi keluarga, bagi komunitasnya," ujarnya.
Rektor perempuan pertama Unhas ini, menuturkan, dengan dilakukan rapid test, maka kampus berperan serta dalam memutus mata rantai COVID-19. Sehingga ia juga mengajak kampus lain melakukan hal yang sama. Sebab, kampus merupakan tempat berkumpul banyak orang dari berbagai tempat.
Menurutnya, rapid test ini penting, terlebih mendekati momentum Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). UTBK merupakan tes masuk ke perguruan tinggi yang dilaksanakan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).
"Momen baik juga, 5 -13 Juli kan UTBK di kampus. Panitianya dosen-dosen, kasihan kalau anak-anak ini mau dites dalam keadaan bagus dan sehat. Tahu-tahu ada pengawas yang kayak gini, jika ada dosen yang misalnya positif, dia tidak boleh jadi panitia," imbuhnya.
Ia menyampaikan apresiasinya, sebab pemerintah provinsi sangat aktif dengan pencegahan, perawatan pasien dan penanganan COVID-19. Termasuk dengan menyiapkan alat rapid test. "Kita bersyukur untuk itu, ini suatu upaya yang luar biasa," ucapnya.
Berita Terkait
Kemenhub jalankan proyek Mastran tingkatkan transportasi massal
Selasa, 22 Agustus 2023 17:55 Wib
SEA Games 2021 - Tim catur rapid putra raih perunggu
Kamis, 19 Mei 2022 15:36 Wib
Celtic tetap lolos ke fase grup Europa walaupun kalah 1-2 di markas AZ
Jumat, 27 Agustus 2021 5:44 Wib
BPK: DKI Jakarta kelebihan bayar Rp1,1 miliar untuk alat rapid test
Jumat, 6 Agustus 2021 6:58 Wib
Polisi ungkap penjualan surat vaksin dan tes "PCR" palsu
Senin, 19 Juli 2021 15:35 Wib
Menhub minta pengecekan syarat Rapid Antigen diperketat
Sabtu, 22 Mei 2021 21:29 Wib
Pengamat: Perlu tindakan tegas terhadap pelaku rapid test antigen bekas
Minggu, 16 Mei 2021 16:17 Wib
Erick Thohir pecat seluruh direksi Kimia Farma Diagnostika
Minggu, 16 Mei 2021 12:05 Wib