Jakarta (ANTARA) - Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mengatakan hoaks yang mewabah di masyarakat karena masih lemah budaya baca secara fisik dengan menggunakan buku.
"Lalu dengan cepat beralih ke budaya baca digital. Budaya baca digital memerlukan kemampuan literasi yang kuat, dan masyarakat Indonesia masih rentan karena belum mampu memilih serta memilah informasi yang tepat dan sesuai kebutuhan," ujarnya dalam webinar diselenggarakan Perpusnas "Mencegah Hoaks Dengan Membaca" di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan membaca buku secara fisik akan membawa karakter yang tidak mudah percaya dengan kiriman informasi serta memiliki rasa penasaran, berhati-hati dalam mengambil keputusan, dan terbiasa mencari benang merah dari yang dibacanya.
"Tidak mudah dibohongi, sedangkan membaca buku secara digital, biasanya yang dibaca hanya poin-poin atau sepotong-potong," kata dia.
Dia menambahkan alasan lain mengapa hoaks beredar cepat, karena karakter masyarakat Indonesia yang suka mengobrol, sehingga lebih rentan terkena hoaks.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga lebih percaya jika mendapatkan informasi dari orang-orang terdekat.
"Situasi turut memengaruhi terlebih pada saat pandemi. Ini yang membuat hoaks tumbuh subur karena masyarakat masih sulit mencari referensi COVID-19 yang terhitung baru," kata dia.
Najwa berpesan kepada masyarakat agar berhati-hati dengan judul berita yang provokatif, perlu mencermati alamat situs, abal-abal atau tidak. Selanjutnya, cek keaslian foto dengan aplikasi untuk mengecek keaslian sumber informasi, gambar, dan foto-foto.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Woro Titi Haryanti, mengatakan hoaks berpotensi menimbulkan konflik.
Dalam suatu literatur, hoaks sudah muncul pada abad ke-17 dan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
"Manusia cenderung ingin terlihat eksklusif. Menjadi yang pertama membagikan informasi. Apalagi jika informasi tersebut diperoleh dari lingkungan terdekat, seperti keluarga atau teman dekat," kata dia.
Woro menjelaskan ada beberapa jenis hoaks yang biasa beredar di masyarakat, seperti pesan berantai, penipuan daring, pencemaran nama baik, kisah yang sedih atau memilukan, hingga hoaks seputar mitos.
Agar tidak terpapar berita atau informasi hoaks, Woro meminta siapa pun ketika mendapatkan informasi yang ganjil untuk mendiamkan sejenak, kemudian melakukan penelusuran melalui sumber atau portal yang terpercaya.
"Jangan ikuti sensasi atau tren-tren yang berkembang. Setiap manusia harus bertanggung jawab dengan jarinya," katanya.
Berita Terkait
Polri menindaklanjuti kabar polisi datangi rektor secara objektif
Rabu, 7 Februari 2024 14:10 Wib
Capres Prabowo Subianto jawab isu sakit dengan berpose silat
Rabu, 24 Januari 2024 11:09 Wib
Menteri Bahlil menepis kabar Luhut akan mundur dari kabinet
Selasa, 24 Oktober 2023 15:58 Wib
Ketum PAN Zulhas optimistis Pemilu 2024 berjalan lancar dan damai
Minggu, 8 Oktober 2023 19:31 Wib
Polisi memastikan kabar Ustadz Abdul Somad ditangkap itu hoaks
Senin, 18 September 2023 11:44 Wib
PAN minta PKB sampaikan secara terbuka kabar keluar dari KIM
Jumat, 1 September 2023 8:06 Wib
Bareskrim Polri menindaklanjuti kabar artis terlibat promosi judi daring
Kamis, 31 Agustus 2023 17:58 Wib
Bareskrim Polri memastikan kabar kaburnya dua tersangka NET89 ke Kamboja
Kamis, 20 Juli 2023 17:55 Wib