Makassar (ANTARA News) - Kebebasan informasi sebagai buah dari era reformasi yang berkembang sekarang harus memunculkan kecerdasan di tingkat masyarakat atau publik.
"Pada era reformasi ini media komersial cenderung menempatkan khalayak sebagai konsumer, sehingga media hadir bukan untuk mencerdaskan masyarakat," kata Guru Besar Universitas Airlangga Henry Subiakto di Makassar, Rabu.
Pada Forum Pemberdayaan dan Peningkatan Literasi Media Masyarakat di kota berjulukan "Angging Mamiri" ini, dia mengatakan, media yang menempatkan publik sebagai konsumer, hanya memberikan apa yang diinginkan publik.
Padahal idealnya, lanjut dia, media harus melihat khalayak dengan sejumlah haknya untuk mendapatkan informasi yang "sehat".
Berkaitan dengan hal itu, Henry yang juga staf ahli Menkominfo Bidang Media Massa ini mengatakan, peranan pemantau media sangatlah penting, termasuk upaya melakukan literasi.
"Terkait dengan literasi media, maka sistem media harus diperbaiki, karena akan mempengaruhi sistem politik suatu negara," ujarnya.
Hanya saja diakui, eksistensi pemantau media di Indonesia belum memiliki cara untuk mempengaruhi media, khususnya media massa yang sudah mapan dan sudah masuk dalam sistem konglomerasi media.
Hal senada juga dikemukakan mantan komisioner KPI Dr H Amar Ahmad dan Afdal Makkuraga dari Habibie Center.
Menurut Amar, liberalisasi ekonomi telah mengubah struktur pasar media di Indonesia. Akibatnya, jumlah pemain dalam pasar media meningkat pesat dan diversitas kepemilikan media tidak diikuti diversitas "content" atau isi program.
Afdal mengatakan, hasil survei yang dilakukan lembaganya ditemukan sejumlah kekurangan dari kinerja pelaku media massa di antaranya masih mengandalkan jurnalisme omongan (statement), malas melakukan investigasi, mengumbar kekerasan dan cenderung tidak menaati prinsip asas praduga tidak bersalah.
Hal senada juga dikemukakan Mulyadi Mau dari Lembaga Studi Informasi Media Massa (eLSIM) Makassar.
"Media lokal kurang lebih sama dengan media nasional. Masih banyak yang tidak proporsional dalam menyajikan produksinya. Bahkan isu tertentu masih termarginalkan misalnya isu lingkungan, anak dan perempuan," ujarnya.(T.S036/S019)