Jakarta (ANTARA) - Pertambahan positif COVID-19 di Jakarta kembali mencapai angka lonjakan tertinggi dengan 721 kasus yang menyebabkan jumlah pasien positif kini menembus 25 ribu.
Berdasarkan data dari Pemprov DKI Jakarta dengan penambahan 721 kasus baru, total kasus positif COVID-19 di Jakarta per Sabtu berjumlah 25.242 kasus yang meningkat signifikan dari hari sebelumnya sebanyak 24.521 kasus.
Penambahan kasus positif sejumlah 721 kasus ini merupakan rekor lonjakan tertinggi saat ini dan pemecahan rekor ketiga berturut-turut pada pekan ini. Sebelumnya pada Jumat (7/8) ada lonjakan 658 kasus dan Kamis (6/8) mengalami peningkatan 597 kasus.
Adapun penambahan kasus positif COVID-19 selama sepekan ini di Jakarta, yakni pada Rabu (5/8) ada penambahan sebanyak 357 kasus, Selasa (4/8) 466 kasus, Senin (3/8) sebanyak 489 kasus, Ahad (2/8) sebanyak 379 dan pada Sabtu (1/8) 374 kasus.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta Weningtyas Purnomorini menerangkan bahwa 721 kasus ini domisili pasien di Jakarta Pusat sebanyak 111, Jakarta Utara (189) dan Jakarta Barat (34).
Jakarta Selatan (56), Jakarta Timur (99), Kepulauan Seribu sebanyak (10), luar DKI Jakarta namun masih dimasukkan ke dalam data DKI Jakarta sebanyak 44 dan belum diketahui 178 kasus.
Penambahan 721 kasus COVID-19 ini adalah dari hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 6.914 spesimen.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 5.994 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru, dengan hasil 721 positif dan 5.273 negatif. Dari 721 kasus positif, 128 kasus adalah akumulasi data dari hari sebelumnya yang baru dilaporkan.
"Untuk jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 42.665. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 47.106," katanya.
WHO telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu atau 1.521 orang per hari.
"Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4 kali lipat standar WHO," katanya.
Weningtyas menyebut kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui tes. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah.
Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. Semakin banyak pula yang tidak diisolasi dan semakin meningkatkan potensi penularan COVID-19.
"Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya," ujar Weningtyas.
Berita Terkait
OJK mengakhiri restrukturisasi kredit karena perbankan sudah resilien
Minggu, 31 Maret 2024 18:00 Wib
Komisi IX DPR meminta Kemenkes sosialisasikan vaksin berbayar COVID-19
Minggu, 31 Desember 2023 6:04 Wib
Kapolda Sulbar imbau masyarakat mewaspadai penyebaran COVID-19
Selasa, 19 Desember 2023 17:49 Wib
Kemenkes : Saat ini belum ditemukan mutasi baru virus COVID-19
Selasa, 19 Desember 2023 16:13 Wib
Wapres Ma'ruf Amin : Pemerintah terus pantau perkembangan COVID-19
Senin, 18 Desember 2023 14:34 Wib
Menko PMK berpesan agar warga terapkan Prokes saat liburan Natal dan tahun baru 2024
Senin, 18 Desember 2023 14:04 Wib
WHO : Ada sembilan varian COVID-19 yang kini mendominasi di dunia
Minggu, 17 Desember 2023 19:23 Wib
Presiden Jokowi : Pemerintah belum putuskan untuk imbau pakai masker soal COVID-19
Jumat, 15 Desember 2023 13:02 Wib