Jakarta (ANTARA) - Pakar vaksinologi mengatakan beberapa jenis atau merek vaksin dalam proses pembuatannya memang bersinggungan dengan enzim yang bersumber dari babi, namun setelahnya calon vaksin mengalami pencucian dan penyaringan berkali-kali.
"Pada produk akhirnya sudah tidak lagi mengandung babi. Bapak dan ibu tidak perlu khawatir semua vaksin yang pada proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim babi itu tertulis jelas pada kemasannya," kata Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe melalui youtube FMB9ID-IKP yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut dia mengatakan, untuk membuat vaksin baru dibutuhkan proses dan tahapan yang begitu panjang untuk memastikan vaksin tersebut betul-betul aman dan efektif.
"Setelah kita menetapkan ingin membuat suatu jenis vaksin baru maka akan diuji coba dulu pada binatang percobaan
jika terbukti aman dan efektif maka akan diuji coba pada manusia," ujar dia.
Uji coba itu disebut tahapan uji klinis yang terdiri dari tiga tahap dan keseluruhannya melibatkan 1.000 relawan manusia dengan tujuan memastikan vaksin aman dan efektif.
Dalam pembuatan vaksin dibutuhkan waktu yang lama karena harus memenuhi tahapan-tahapan tersebut, namun pada situasi tertentu seperti saat ini dimana terjadi pandemi COVID-19 dan dibutuhkan vaksin segera untuk melindungi masyarakat.
Menurut dia, dalam kondisi seperti ini dapat dilakukan upaya-upaya agar pengembangan vaksin menjadi lebih cepat tanpa mengabaikan aspek keamanan dan aspek efektifitas.
Dia menjelaskan cara vaksin bekerja saat disuntikkan atau diteteskan ke tubuh, vaksin akan merangsang sel-sel imunitas, untuk membentuk antibodi.
Antibodi ini ibarat seperti pasukan yang kelak bila terpapar virus, bakteri atau jamur maka sudah memiliki kesiapan untuk melawan penyakit tersebut, ujar Dirga.
Saat ini ada beberapa kandidat vaksin yang tengah dikembangkan pemerintah seperti vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Serta kandidat vaksin hasil kolaborasi dengan pihak luar negeri antara lain, Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.
Berita Terkait
Komisi IX DPR meminta Kemenkes sosialisasikan vaksin berbayar COVID-19
Minggu, 31 Desember 2023 6:04 Wib
Kemenkes : Saat ini belum ditemukan mutasi baru virus COVID-19
Selasa, 19 Desember 2023 16:13 Wib
BRIN mengusulkan pemerintah wajibkan vaksin DBD
Minggu, 15 Oktober 2023 16:56 Wib
Pemprov Sulbar imbau masyarakat lakukan vaksinasi DPT pada balita
Rabu, 11 Oktober 2023 0:50 Wib
Kemenkes memastikan vaksin HPV pada perempuan tidak menyebabkan mandul
Selasa, 10 Oktober 2023 9:06 Wib
BRIN merancang vaksin oral untuk penyakit hepatitis
Jumat, 7 Juli 2023 14:37 Wib
Dokter mengimbau warga digigit anjing segera disuntik VAR
Jumat, 7 Juli 2023 14:36 Wib
Bio Farma siapkan 850 ribu dosis Vaksin Pentavalen untuk Nigeria
Senin, 12 Juni 2023 19:44 Wib