Jakarta (ANTARA) - Keluhan nyeri, iritasi dan infeksi pada telinga dalam tujuh hingga delapan bulan terakhir terus meningkat selama pandemi COVID-19, disebabkan penggunaan earphone dalam waktu yang lama.
Pandemi memaksa para profesional pekerja dan pelajar untuk melakukan tugasnya dari rumah. Para dokter pun mendapat peningkatan jumlah keluhan pasien yang menderita sakit telinga.
Dr. Shrinival Chavan, kepala departemen THT di rumah sakit J J, Mumbai mengatakan seseorang yang menggunakan earphone, earpod ataupun headphne lebih dari delapan jam akan membuat telinga stres apalagi jika earphone tersebut tidak pernah dibersihkan sehingga berisiko menyebarkan infeksi.
"Mendengarkan secara terus-menerus pada volume suara yang tinggi dalam waktu yang lama juga dapat melemahkan kemampuan mendengar," kata Dr. Shrinival Chavan dilansir Indian Express, Jumat.
Jika kebiasaan ini tidak diubah, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga. Dr. Shrinival mentarakan kotoran di dalam telinga membunuh bakteri secara alami dan mencegah infeksi.
Penggunaan cotton bud untuk membersihkan telinga akan menghilangkan lapisan lilin pelindungnya dan membuat bagian dalam telinga terkena infeksi bakteri dan hal tersebut biasanya menyebabkan sakit telinga.
"Kami menyarankan orang untuk melepas earphone. Udara segar harus masuk ke dalam telinga agar tetap aman," kata Dr. Shrinival.
Sementara itu, Dr. Rahul Kulkarni, kepala unit THT di Rumah Sakit St George, mengatakan masalah telinga tidak hanya terkait dengan pekerja profesional, tetapi anak-anak sekolah yang harus mengikuti kelas online juga mengalami keluhan yang sama.
"Idealnya, anak sekolah sama sekali tidak menggunakan headphone. Kalau mereka mengikuti kelas di laptop atau PC, maka volume perangkatnya sudah cukup," kata Dr. Rahul.
Dr. Rahul mengatakan orang-orang tidak mengetahui etika bagaimana berkomunikasi melalui panggilan telepon, panggilan konferensi dan konferensi video serta menggunakan volume suara yang keras pada headphone.
"Jika siswa sekolah menggunakan headphone dengan suara lebih dari 60 desibel, secara alami akan membebani daya pendengaran mereka," ujar Dr. Rahul.
Anak-anak sekolah harus mendengarkan volume suara dengan tingkat yang sama seperti saat mereka belajar di kelas. Jika mereka mendengarkan suara dengan volume yang lebih tinggi, hal itu dapat menyebabkan komplikasi.
"Bahkan orang dewasa pun datang dengan keluhan iritasi di telinga. Paparan suara keras dalam waktu lama membuat orang cemas dan mudah marah. Keluhan seperti itu juga terlihat saat ini," kata Dr. Rahul.
Berita Terkait
Polda Sulbar intensifkan pengawasan SPBU jelang arus mudik Lebaran
Kamis, 4 April 2024 20:25 Wib
Kapolres Soppeng bentuk timsus meminimalisir gangguan di pemilu
Rabu, 7 Februari 2024 20:32 Wib
Polisi menduga ledakan di Rumah Sakit Semen Padang akibat gangguan instalasi AC
Selasa, 30 Januari 2024 21:31 Wib
Sembilan kecamatan di Makassar alami gangguan suplai air bersih dari PDAM
Rabu, 3 Januari 2024 18:19 Wib
Wakapolda meminta amankan gangguan akibat kerumunan di Piala Dunia U-17 2023
Kamis, 9 November 2023 12:29 Wib
Ahli penyakit dalam : Mengambil napas dalam bantu kurangi cemas
Selasa, 7 November 2023 11:59 Wib
Pemprov Sulbar menyalurkan bantuan pangan atasi stunting
Jumat, 3 November 2023 23:50 Wib
Kodim Polman siagakan Babinsa untuk mendukung pengamanan Pemilu 2024
Jumat, 27 Oktober 2023 11:55 Wib