Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini meminta jajaran pemerintah daerah lebih memperhatikan prediksi potensi bencana lanjutan yang telah dipetakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pascagempa di Pacitan, Jawa Timur, Selasa (27/7) malam.
"Berkali-kali kepala BMKG menyampaikan, ramalan ini bukan sekadar ramalan, tapi itu hasil analisa dan penelitian dari para ahli tentang kebencanaan, karena itu alangkah bijaksana kita bisa mengantisipasi agar tidak terjadi korban yang lebih banyak. Sosialisasi pun harus terus-menerus dilakukan," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Ia menginginkan jajaran Pemkab Pacitan mengantisipasi prediksi potensi ancaman tsunami di pantai selatan Jawa.
Dia mengungkapkan tiga pesan untuk siaga menghadapi potensi tsunami, pertama, sistem peringatan dini, yakni dengan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi terjadi bahaya gempa dan tsunami.
Kedua, menyiapkan upaya penyelamatan diri. Hal ini terkait dengan sarana prasarana dan aksesibilitas masyarakat untuk menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana.
Rambu-rambu petunjuk evakuasi, menurut Risma, masih kurang sehingga perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang.
Selain itu, katanya, jalur evakuasi harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.
"Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa," katanya.
Ketiga, menggunakan kearifan lokal.
Ia mengatakan kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama.
Ia mencontohkan tsunami di Aceh, yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Simeulue. Dengan kearifan lokal, hasilnya minim korban berjatuhan.
"Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak, ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit, hal-hal seperti itu yang bisa kita gali," kata dia.
Terkait dengan pembangunan selter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, mengatakan menurut hasil penelitian, Kabupaten Pacitan salah satu kawasan di garis pantai selatan Pulau Jawa yang berpotensi gempa dan tsunami.
"Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 meter dengan waktu tiba sekitar 26 menit setelah terjadi gempa bumi," katanya.
Hadir dalam rapat itu, antara lain Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Ssial Pepen Nazzarudin, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, dan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, serta Taruna Siaga Kabupaten Pacitan.
Berita Terkait
PMI Gowa menggelar bakti sosial donor darah untuk jaga stok
Senin, 22 April 2024 21:34 Wib
Menteri PANRB menyetujui 40.839 formasi CASN di Kemensos
Jumat, 19 April 2024 13:23 Wib
Mensos Risma tinjau penyaluran bantuan korban longsor Tana Toraja
Rabu, 17 April 2024 14:28 Wib
Polisi tangkap terduga provokator ajakan tawuran di media sosial
Senin, 1 April 2024 15:18 Wib
Kesbangpol Sulbar mengantisipasi potensi kerawanan jelang Idul Fitri
Jumat, 29 Maret 2024 18:46 Wib
MUI Toraja menyikapi dugaan penistaan agama anggota DPRD Sulsel
Rabu, 20 Maret 2024 20:15 Wib
Wali Kota Makassar: Jappa Jokka Cap Go Meh sebagai wadah perekat sosial
Minggu, 25 Februari 2024 2:25 Wib
Sebanyak 60 dokter paru dijadwalkan gelar bakti sosial kesehatan di Selayar
Senin, 19 Februari 2024 20:16 Wib