Makassar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mengemukakan stok obat untuk pasien COVID-19 di daerah itu terbatas.
"Obat-obatan tersedia dengan status terbatas. Jadi kami berasumsi bahwa kemungkinan ketersediaan obat di tingkat pusat juga sedang minim," kata Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan pada Dinas Kesehatan Sulsel, Dra Fithriyani Apt di Makassar, Kamis.
Apalagi baru-baru ini pengiriman obat COVID-19 jenis oseltamivir hanya dipenuhi 30 persen oleh pusat dari 100 ribu tablet permintaan Dinkes Sulsel. Padahal sebelumnya, pemenuhan obat dari permintaan tidak pernah kurang dari 50 persen.
Menurutnya, pemenuhan obat-obatan pernah terkendali pada akhir 2020 saat kasus melandai. Namun keterbatasan yang terjadi saat ini, bisa jadi dipengaruhi peningkatan kasus yang menanjak tajam, sehingga diperkirakan industri obat kewalahan berproduksi.
"Mungkin karena ketersediaan bahan baku, jadi banyak hal yang terkait. Jika dulu daerah minta 1.000, maka langsung diiyakan tetapi sekarang kita liat dulu status wilayahnya," ujarnya.
Meski demikian, Fitri menegaskan bahwa ketersediaan obat bagi pasien COVID-19 tidak pernah kosong, namun diakui bahwa memang terbatas sehingga distribusi obat dilakukan secara hati-hati.
Selain itu, ia pula memastikan bahwa gudang farmasi milik Pemprov Sulsel tetap menyiapkan buffer stock atau cadangan obat. Ini untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus secara drastis pada suatu daerah di Sulsel.
"Kita tidak bisa kosong (stok obat) tetapi sekarang memang hati-hati mengirimkan ke daerah. Jika ada permintaan masuk, kita cek kembali seperti apa kasus COVID-19 di daerah tersebut. Karena pembagiannya harus merata sesuai status daerah terhadap penularan virus corona," urainya.
Fitri menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada obat COVID-19, namun para ahli penyakit paru menyarankan empat jenis obat yang bisa digunakan untuk pengobatan yakni oseltamivir, favipiravir, azithromycin dan remdesivir.
Adapun ketersediaan stok obat COVID-19 di Sulsel hingga Senin (2/8) yakni oseltamivir 6.740 tablet, favipiravir 19.950 tablet, azithromycin 11.905 tablet dan remdesivir injeksi sebanyak 1.690 .
"Yang utama dan rutin ada empat jenis. Kalau vitamin lumayan banyak, karena bukan cuma pasien COVID-19 yang butuh tetapi kita juga para petugas. Jumlahnya sebanyak 1.474.000 tablet.
Terkait keterbatasan obat tersebut, Dinkes Sulsel juga turun langsung ke pihak distributor obat untuk mencek langsung ketersediaannya. Maka didapati stok obat milik Kimia Farma, Indo Farma dan PT. Anugrah Argon Medica di lapangan juga sudah menipis.
"Kalau distributor sudah ada inden (daftar tunggu) karena memang sebelum habis, mereka juga langsung minta. Kita kan punya sistem aplikasi yang mengintegrasikan obat yang tersedia dan keluar," ujarnya.
Berita Terkait
BBPOM -Pemkot Makassar intensifkan pengawasan obat dan makanan selama Ramadhan
Senin, 18 Maret 2024 22:17 Wib
Menperin: Nilai ekspor obat-obatan Indonesia pada 2023 naik 8,78 persen
Selasa, 6 Februari 2024 15:00 Wib
Telkom permudah BPOM awasi obat dan makanan melalui sosmed
Kamis, 11 Januari 2024 4:45 Wib
Polisi temukan narkoba dan obat hexymer di apartemen artis Ammar Zoni
Rabu, 13 Desember 2023 19:31 Wib
Bantuan obat dan perlengkapan medis dari Indonesia diterima warga Palestina
Rabu, 22 November 2023 6:55 Wib
Pakar farmasi : Obat boleh dipindahkan ke wadah lain tapi ada syaratnya
Selasa, 21 November 2023 12:28 Wib
TP PKK Sulbar dorong penguatan keluarga mewujudkan pelopor antinarkoba
Selasa, 14 November 2023 14:29 Wib
Indonesia mengrim penjernih air hingga obat untuk rakyat Palestina di Gaza
Sabtu, 4 November 2023 11:27 Wib