Panitia pembangunan Masjid Pucak Maros terima donasi lebih Rp1,1 miliar
Makassar (ANTARA) - Panitia pembangunan masjid di kawasan Pucak Maros , Sulawesi Selatan (Sulawesi Selatan) yang dihadirkan sebagai saksi dalam kasus suap dan gratifikasi Gubernur Sulawesi Selatan nonaktif Nurdin Abdullah (NA), mengaku telah menerima sumbangan untuk pembangunan masjid tersebut.lebih dari Rp1,1 miliar.
Bendahara Masjid Pucak Maros , Aminuddin , di ruang sidang Pengadilan Tipikor Makassar, Rabu, mengatakan dana yang disumbangkan untuk pembangunan masjid tersebut berasal dari berbagai donatur, termasuk Bank Pembangunan Daerah ( BPD ) Selatan dan Barat. Sulawesi ( Sulselbar ).
“Saya sendiri buka rekening di Bank Sulsel dan saldo awal pakai uang saya Rp1 juta. Kemudian saya mengajukan proposal ke Bank Sulsel senilai sekitar Rp1 miliar untuk pembangunan masjid tersebut,” ujarnya.
Aminuddin di hadapan majelis hakim yang dipimpin Ibrahim Palino dan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Siswandono, mengaku sendiri usai pembelian tanah itu diminta tukang kebun bernama Wandi untuk mengelola pembangunannya. panitia masjid.
Dijelaskannya, pada November 2020, setelah semua proses jual beli tanah seluas 17 hektare dilakukan oleh Gubernur Sulsel nonnaktif Nurdin Abdullah melalui saudara iparnya Hasmin Badao pada Mei-Agustus 2020 bersama warga Dusun Arra, Desa Tompobulu. , Tompobulu Kecamatan Maros, mantan kepala dusun dan tokoh masyarakat setempat diminta untuk mengurus pembangunan masjid tersebut. menyelesaikan dan menyerahkan kepada Bank Sulselbar untuk membantu pengembangannya melalui dana CSR . juga bertindak sebagai arsitek Masjid Pucak
Alimuddin mengaku awalnya tidak mengetahui bahwa tanah di kawasan Pucak tersebut telah dibeli oleh Gubernur Nurdin Abdullah, karena ia hanya mengetahui bahwa tanah tersebut milik seorang warga, yakni Andi Samad.
“Kemudian, sekitar November, saya mengetahui bahwa tanah itu milik Pak Nurdin Abdullah, dan saya diminta menjadi juru kunci pembangunan masjid. Yang bertanya kepada saya adalah seorang tukang kebun bernama Mas Wandi, bukan orang lokal. Saya ingin jadi panitia dan pengelola, karena saya senang ada masjid yang mau dibangun dan ternyata di atas tanah pak Nurdin Abdullah yang sudah diwakafkan. Saya bilang, kalau untuk masjid saya bantu, "katanya juga.
Aminuddin menjelaskan, dirinya mengundang beberapa warga sekitar untuk menjadi pengurus dan panitia pembangunan masjid karena senang, begitu juga warga antusias lainnya.
Setelah panitia pembangunan masjid selesai, ia diminta untuk membuka rekening dan membuat perencanaan dan perkiraan biaya pembangunan hingga akhirnya proposal
“Seingat saya, bantuan dari Bank Sulselbar itu sekitar Rp300 juta-Rp400 juta lalu bantuan dari donatur lain sekitar Rp100 juta. Saya tidak tahu semua donatur, yang saya tahu dari Bank Sulsel. dana di rekening, Mas Wandi mengatakan semakin banyak donasi yang masuk,” imbuhnya.
Wandi adalah seorang tukang kebun dari BSD Tangerang Selatan. Dibawa langsung oleh NA ke Makassar untuk mengelola lahan NA di kawasan Pucak Maros. Saat itu, Wandi dan mengawasi pembangunannya.
“Ya Mas Wandi banyak kerja pembangunan karena jujur kami masyarakat kurang paham, kami hanya membantu memantau kualitas kerja. Tapi kami juga membentuk panitia yang legal di pemerintahan desa. Ada ketua, bendahara , dan lain-lain,” ujarnya.
Saksi lain, Kabid Pembangunan Masjid Suardi Dg Najong, menambahkan, sudah dua kali bertemu dengan Nurdin Abdullah. Saat itu, NA sedang memantau perkembangan pembangunan masjid.
"Pak NA bilang tolong bangun masjid, percayalah. Kami senang, masyarakat memang punya keinginan untuk masjid. Sekarang sudah dibangun," katanya.
Di akhir konferensi, Nurdin Abdullah menjelaskan telah meminta Ketua Panitia Masjid Suardi Dg Nojeng untuk membangun masjid.
"Waktu itu saya bilang tolong bangun masjid. Tapi saya tidak pernah bilang percaya," kata NA.
Dia juga menjelaskan bahwa Wandi adalah seorang tukang kebun yang dia percaya.
Menurut NA, Wandi sangat terampil dan sudah menggunakan jasanya sejak Bantaeng .
"Dia ( Wandi ) mengajar orang di Pucak Maros , dia mendidik. Dan dia seorang arsitek, dia membuat gambar masjid,” tambahnya.
Bendahara Masjid Pucak Maros , Aminuddin , di ruang sidang Pengadilan Tipikor Makassar, Rabu, mengatakan dana yang disumbangkan untuk pembangunan masjid tersebut berasal dari berbagai donatur, termasuk Bank Pembangunan Daerah ( BPD ) Selatan dan Barat. Sulawesi ( Sulselbar ).
“Saya sendiri buka rekening di Bank Sulsel dan saldo awal pakai uang saya Rp1 juta. Kemudian saya mengajukan proposal ke Bank Sulsel senilai sekitar Rp1 miliar untuk pembangunan masjid tersebut,” ujarnya.
Aminuddin di hadapan majelis hakim yang dipimpin Ibrahim Palino dan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Siswandono, mengaku sendiri usai pembelian tanah itu diminta tukang kebun bernama Wandi untuk mengelola pembangunannya. panitia masjid.
Dijelaskannya, pada November 2020, setelah semua proses jual beli tanah seluas 17 hektare dilakukan oleh Gubernur Sulsel nonnaktif Nurdin Abdullah melalui saudara iparnya Hasmin Badao pada Mei-Agustus 2020 bersama warga Dusun Arra, Desa Tompobulu. , Tompobulu Kecamatan Maros, mantan kepala dusun dan tokoh masyarakat setempat diminta untuk mengurus pembangunan masjid tersebut. menyelesaikan dan menyerahkan kepada Bank Sulselbar untuk membantu pengembangannya melalui dana CSR . juga bertindak sebagai arsitek Masjid Pucak
Alimuddin mengaku awalnya tidak mengetahui bahwa tanah di kawasan Pucak tersebut telah dibeli oleh Gubernur Nurdin Abdullah, karena ia hanya mengetahui bahwa tanah tersebut milik seorang warga, yakni Andi Samad.
“Kemudian, sekitar November, saya mengetahui bahwa tanah itu milik Pak Nurdin Abdullah, dan saya diminta menjadi juru kunci pembangunan masjid. Yang bertanya kepada saya adalah seorang tukang kebun bernama Mas Wandi, bukan orang lokal. Saya ingin jadi panitia dan pengelola, karena saya senang ada masjid yang mau dibangun dan ternyata di atas tanah pak Nurdin Abdullah yang sudah diwakafkan. Saya bilang, kalau untuk masjid saya bantu, "katanya juga.
Aminuddin menjelaskan, dirinya mengundang beberapa warga sekitar untuk menjadi pengurus dan panitia pembangunan masjid karena senang, begitu juga warga antusias lainnya.
Setelah panitia pembangunan masjid selesai, ia diminta untuk membuka rekening dan membuat perencanaan dan perkiraan biaya pembangunan hingga akhirnya proposal
“Seingat saya, bantuan dari Bank Sulselbar itu sekitar Rp300 juta-Rp400 juta lalu bantuan dari donatur lain sekitar Rp100 juta. Saya tidak tahu semua donatur, yang saya tahu dari Bank Sulsel. dana di rekening, Mas Wandi mengatakan semakin banyak donasi yang masuk,” imbuhnya.
Wandi adalah seorang tukang kebun dari BSD Tangerang Selatan. Dibawa langsung oleh NA ke Makassar untuk mengelola lahan NA di kawasan Pucak Maros. Saat itu, Wandi dan mengawasi pembangunannya.
“Ya Mas Wandi banyak kerja pembangunan karena jujur kami masyarakat kurang paham, kami hanya membantu memantau kualitas kerja. Tapi kami juga membentuk panitia yang legal di pemerintahan desa. Ada ketua, bendahara , dan lain-lain,” ujarnya.
Saksi lain, Kabid Pembangunan Masjid Suardi Dg Najong, menambahkan, sudah dua kali bertemu dengan Nurdin Abdullah. Saat itu, NA sedang memantau perkembangan pembangunan masjid.
"Pak NA bilang tolong bangun masjid, percayalah. Kami senang, masyarakat memang punya keinginan untuk masjid. Sekarang sudah dibangun," katanya.
Di akhir konferensi, Nurdin Abdullah menjelaskan telah meminta Ketua Panitia Masjid Suardi Dg Nojeng untuk membangun masjid.
"Waktu itu saya bilang tolong bangun masjid. Tapi saya tidak pernah bilang percaya," kata NA.
Dia juga menjelaskan bahwa Wandi adalah seorang tukang kebun yang dia percaya.
Menurut NA, Wandi sangat terampil dan sudah menggunakan jasanya sejak Bantaeng .
"Dia ( Wandi ) mengajar orang di Pucak Maros , dia mendidik. Dan dia seorang arsitek, dia membuat gambar masjid,” tambahnya.