Jayapura (ANTARA News) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) asal Papua, Sophia Maipauw menilai para pejabat implementator harus mencontohi keseriusan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam menangani masalah dan membangun Papua.
"Saya melihat Presiden yang sangat serius dan ingin membangun Papua, tapi para implementatornya yang sangat hati-hati sekali dalam melakukan implementasi pembangunan di Papua," katanya di Jayapura, Rabu.
Dia menambahkan, ada keinginan kuat Presiden untuk membangun Papua, dan selalu merespon semua kejadian yang ada di provinsi itu, apalagi adanya berbagai kasus kekerasan yang masih terus terjadi belakangan ini.
"Bagi saya adanya masalah kekerasan seperti ini, seharusnya sudah ada laporan terlebih dahulu dari pejabat pada Presiden, jangan sampai Presiden hanya dengar dari media duluan. Tetapi bagaimana semua pihak legislatif dan yudikatif memberitahukan pada Presiden dan bersama melihat persoalan itu," tuturnya.
Sophia Maipauw menambahkan, bukti kecil kepedulian besar presiden SBY pada Papua terlihat dari rencana upacara 17 Agustus tahun ini di Istana Negara, yang bernuansa Papua.
"Itu bisa diukur dari bagaimana suasana upacara di istana Negara tahun ini bernuansa Papua. Karena dia punya hati bangun Papua," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Sophia Maipauw juga berharap semua pihak yang selama ini pakai kekerasan segera dihentikan, sebab yang paling dirugikan dari seluruh peristiwa yang terjadi di tanah Papua dan Papua Barat adalah orang asli Papua sendiri.
Ia menjelaskan, semua kejadian kekerasan dan penembakan memberikan dampak buruk bagi orang asli Papua, seperti sangat berdampak pada ekonomi.
Sophia Maypauw mencontohkan kejadian di Ilaga, kabupaten Puncak dan penembakan di Kampung Nafri, Kota Jayapura pekan lalu, di mana harga barang langsung naik drastis, dan orang asli Papua paling menderita karena berada dalam posisi ekonomi yang paling rendah di tanah itu.
"Harga barang melambung tinggi di Ilaga. Sementara di Jayapura sama juga, karena para pedagang dan pemasok sayuran dan buah terbesar dari Koya, yang harus lewat Kampung Nafri sebelum ke pasar. Mereka sudah takut akibat penembakan itu. Kasihan orang asli Papua akibat naiknya harga-harga barang itu," jelasnya.
Kerugian dan beban paling berat lainnya yang harus dialami orang asli Papua sebagai konsekuensi kekerasan yang terjadi tanpa keinginan mereka itu, adalah stigma separatis dan lainnya akan terus dilabelkan pada orang Papua dari waktu ke waktu.
Padahal kami terus berjuang terus di pusat agar pelabelan stigma ini harus dicabut dari orang asli Papua, agar perlahan mereka merasa menepuk dada sebagai Warga Negara Indonesia yang baik," ujarnya. (T.KR-MBK/Y008)