Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menceritakan soal banyaknya protes yang ia terima terkait pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan hasil tambang (smelter) PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur.
Bahlil mengaku mendapatkan banyak protes dari berbagai kalangan di Papua baik dari pengusaha, organisasi kepemudaan, masyarakat adat, hingga intelektual yang mempertanyakan smelter tidak dibangun di tanah Papua.
"Saya mengikuti betul tentang dinamika yang terjadi di Papua dan Papua Barat, khususnya terkait dengan aspirasi yang disampaikan oleh saudara-saudara saya baik itu Kadin, asosiasi, organisasi kepemudaan, adat, bahkan sebagian dari kelompok intelektual itu menyampaikan saran kenapa smelter dibangun di Gresik," katanya dalam konferensi pers paparan realisasi investasi di Jakarta, Rabu.
Tidak hanya diprotes, Bahlil yang besar di Papua bahkan dinilai seperti orang yang lupa asal muasalnya.
"Saya banyak mendapat protes, surat banyak sekali bahkan ada yang katakan kepada saya, 'Kakak, seperti kakak bukan dari Papua saja'," kata Bahlil Lahadalia
Bahlil menjelaskan smelter yang dibangun di Gresik sudah direncanakan sejak 2017-2018. Lokasi di Gresik dipilih lantaran kala itu infrastruktur di Papua dinilai belum mumpuni, khususnya terkait kelistrikan.
Ia pun telah melakukan komunikasi intens dengan Presiden Jokowi terkait protes masyarakat Papua soal keinginan mereka agar smelter bisa dibangun di Papua.
Pemerintah pun telah merumuskan sejumlah langkah komprehensif melibatkan Freeport dan Kementerian ESDM untuk memenuhi aspirasi masyarakat Papua, dengan mendorong kapasitas produksi tembaga Freeport agar sebagian bisa diolah di smelter yang akan dibangun di Papua.
Bahlil menyebut saat ini kapasitas produksi tembaga Freeport mencapai sekitar 3 juta ton, dengan sekitar 1,3 juta ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik eksisting di Papua. Ada pun sisa 1,7 juta ton akan masuk ke pabrik di Gresik yang baru diresmikan pembangunannya oleh Presiden Jokowi Oktober lalu.
"Kami akan meningkatkan kapasitas produksi Freeport copper (tembaga) dari 3 juta ton menjadi 3,8 juta ton atau lebih. Ini juga kami sudah komunikasi dengan Menteri ESDM. Lebihnya itu, ke depan akan kita rencanakan membangun smelter di Papua dan ini sudah menjadi bagian dari apa yang sudah kita programkan," katanya.
Bahlil pun meminta agar masyarakat Papua ikut mendukung rencana tersebut. Ia meminta agar masyarakat Papua tidak menahan atau menyampaikan aksi penolakan. Ia juga menuturkan, sebagai putra Papua, pembangunan smelter sudah jadi hal yang ia perjuangkan sejak masuk jajaran kabinet.
"Insya Allah doakan agar secepatnya kapasitas produksi copper Freeport dari 3 juta kita tingkatkan jadi 3,8 juta atau menjadi 4 juta. Sisa itulah kemudian yang akan dibangun smelternya di Papua. Sejak saya masuk anggota kabinet saya sudah memperjuangkan ini agar salah satu smelter Freeport dibangun di Papua. Cuma satu saya mohon, kalau sudah ada kebijakan, mohon kita dukung baik-baik. Jangan belum lagi kita buat, sudah mulai kitorang punya cara-cara palang ini, palang ini. Kalau kita main begitu nanti investor susah masuk," ujar Bahlil.
Berita Terkait
Bahlil: Realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai Rp1.418 triliun
Senin, 1 April 2024 18:35 Wib
Bahlil optimis hilirisasi menjadi kunci tercapainya target investasi 2024
Senin, 11 Desember 2023 11:42 Wib
Bahlil membeberkan alasan perpanjangan kontrak Freeport belum selesai
Kamis, 7 Desember 2023 14:33 Wib
Bahlil berjanji ke Wapres investasi 2023 bisa penuhi target Rp1.400 triliun
Rabu, 8 November 2023 14:01 Wib
Menteri Bahlil menepis kabar Luhut akan mundur dari kabinet
Selasa, 24 Oktober 2023 15:58 Wib
Kepala BKPM: Investasi hulu migas salah satu pendongkrak ekonomi daerah
Rabu, 20 September 2023 14:12 Wib
Bahlil menegaskan tidak ingin UMKM jadi komoditas politik
Kamis, 10 Agustus 2023 13:32 Wib
Pemerintah merumuskan langkah komprehensif investasi kendaraan listrik
Senin, 31 Juli 2023 13:57 Wib