Ambon (ANTARA Sulsel) - Jumlah pengidap diabetes di Jakarta mencapai 700.000 orang dan ini merupakan angka penderita yang tinggi, sekitar 11 persen populasi orang dewasa di Ibukota, kata seorang pakar penyakit dalam.
"Ini jumlah yang banyak dihitung dari populasi penduduk berusia 30 tahun ke atas," kata Prof. Sarwono Waspadji, MD, PhD, kepada ANTARA, usai menyampaikan makalah tentang Energi Metabolisme Karbohidrat, Protein dan Lemak dalam seminar road show Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, di Ambon, Sabtu.
Pakar penyakit dalam dari RS Cipto Mangunkusumo ini mengatakan, penyebab terbesar timbulnya diabetes (penyakit gula) adalah pola makan tidak sehat dan konsumsi berlebihan.
Meski demikian, ia menolak anggapan bahwa penyebab diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan penyakit dalam lainnya dialamatkan pada makanan cepat saji yang kaya lemak.
"Jangan sampai disalahpahami. Ini hitung-hitungan bisnis. Bukan cepat sajinya yang jadi soal tetapi apa yang disajikan (dikonsumsi)," katanya.
Menurut Sarwono, semua bahan makanan termasuk lemak sangat penting bagi tubuh, sehingga orang tidak perlu melakukan diet yang berlebihan.
Makanan mengandung karbohidrat, protein dan lemak akan diolah dalam metabolisme yang membentuk energi untuk menopang tubuh agar hidup, tetapi semua harus dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang.
Tubuh setiap orang, katanya, idealnya membutuhkan pasokan karbohidrat sebanyak 50-60 persen, protein (15-20 persen), dan lemak (25-30 persen).
"Saya geli, ada orang yang tiap hari makan kentang terus, kasihan deh lo," katanya secara berkelakar.
Ia menjelaskan, perilaku seperti itu disebabkan fobia diabetes dan kegemukan, yang sebenarnya disebabkan kurangnya atau tidak berfungsinya hormon insulin yang menjalankan metabolisme (pencernaan, peresapan dan distribusi) karbohidrat, lemak dan protein dalam darah.
Jadi intinya terletak pada jumlah dan fungsi hormon insulin. Dalam kondisi normal, karbohidrat yang kelebihan akan diubah menjadi energi, demikian halnya terjadi pada lemak.
"Diabetes ada yang disebabkan keturunan, ada yang karena pola makan tidak sehat. Pola makan tidak sehat atau berlebihan memang bisa menimbulkan resistensi dari hormon insulin. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, tetapi juga harus disiplin dalam pola makan, secukupnya saja, jangan berlebihan," katanya.
Lebih jauh, Sarwono mengingatkan bahwa diabetes jangan diartikan sebagai "penyakit orang kaya", karena selain di kota besar, di daerah rural (dusun, desa) pun sudah ada yang terserang meskipun usianya belum tua.
"Umumnya disebabkan pola makan tidak sehat."
(T.J007/A011)
Berita Terkait
Serikat pekerja Vietnam meminta kenaikan tunjangan melahirkan
Senin, 1 April 2024 13:20 Wib
Kesbangpol Sulbar antisipasi potensi ATGH pasca Pemilu 2024
Sabtu, 9 Maret 2024 19:08 Wib
Malaysia akan lanjutkan pencarian pesawat MH370 pada peringatan 10 tahun
Senin, 4 Maret 2024 12:16 Wib
Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra hadapi dakwaan kasus "lese majeste"
Selasa, 20 Februari 2024 15:30 Wib
KBRI Kuala Lumpur belum dapat notifikasi soal penangkapan ratusan WNI di Malaysia
Senin, 19 Februari 2024 12:17 Wib
90 korban tewas akibat tanah longsor di Davao Oro Filipina
Jumat, 16 Februari 2024 14:31 Wib
Dubes RI : Antusiasme WNI pemilih pada Pemilu 2024 di Kuala Lumpur cukup tinggi
Senin, 12 Februari 2024 6:53 Wib
Sultan Johor resmi menjadi Raja Malaysia XVII
Kamis, 1 Februari 2024 6:16 Wib