Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Produksi kakao Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, segera diolah dari bentuk penjualan biji kakao ke bentuk bubuk dan pasta sehinga harga lebih baik.
Bupati Bantaeng Prof Dr HM Nurdin Abdullah di Bantaeng, Kamis, mengatakan, langkah awal pengolahan tersebut akan dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Unhas telah memiliki sebuah mesin pengolah kakao, baik dalam bentuk bubuk maupun pasta agar kakao Bantaeng bernilai lebih dibandingkan penjualan dalam bentuk biji, ujarnya.
Menurut Bupati, harga jual antara biji dengan bubuk dan pasta tentu berbeda. "Yang bubuk dan pasta jauh lebih mahal," tambahnya lagi seraya mengemukakan kesiapan Pemda menyiapkan dana untuk pengolahan tersebut.
"Ini merupakan peluang berharga. Jangan sampai kita setengah mati menanam, memupuk hingga berbuah, namun ternyata hasilnya kita yang beli kembali. Dan tidak tertutup kemungkinan, kita yang bertani, Singapura yang maju. Karena itulah, kita harus mulai," ucapnya.
Dia mengatakan, dari sisi sumber daya alam di Indonesia cukup melimpah. Baik pangan maupun energi dan ditunjang iklim. Karena itulah, tanpa pengolahan, maka nilai tambah produk pertanian kita akan selalu dinilai rendah.
Untuk jangka panjang, Bantaeng akan diberi mesin yang dapat menghasilkan benih unggul, terutama untuk padi dan jagung. Sedang untuk pengembangan kakao, kita ingin seperti Jember yang terkenal sebagai penghasil bibit kakao.
Agar pengembangan jenis tanaman ini lebih dekat ke masyarakat, Bantaeng akan menjalin kerjasama dengan Jember. Ini penting untuk menjawab keinginan petani kakao di kawasan timur Indonesia, ujarnya.
Bupati berharap, petani memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kakao sehingga lebih cepat menangani bila ada penyakit. Selain itu, kebun dan produksinya juga diharapkan semakin meningkat.
Citra Bantaeng untuk bidang pertanian selama ini cukup baik. Bahkan sejak Gernas kakao dilakukan, sudah banyak petani yang bisa melakukan bibit sendiri. Hal tersebut merupakan langkah maju, urainya.
Dekan Fakultas Pertanian Unhas Prof Dr Yunus Musa MSi mengatakan, sinergi antara Fakultas Pertanian dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bantaeng berlangsung sejak 2009.
Dari kerjasama tersebut sudah banyak petani yang mengetahui pengelolaan dan pengembangan kakao yang benar. Selain peningkatan produksi, petani juga dilatih pengelolaan berwawasan lingkungan.
Hasilnya, tambah Koordinator Kokoa Research Group Unhas Dr Ir Ade Rosmana DEA, Bantaeng kini sudah banyak dilirik sebagai tempat belajar, baik petani di Sulsel maupun dari luar Sulsel, termasuk LSM internasional sudah melakukan studi ke daerah ini, ujar Ade. (T.KR-DF/F003)

