Bulog Sulselbar jalankan program KPSH mengantisipasi disparitas harga
Makassar (ANTARA) - Perum Bulog Kanwil Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) terus memasifkan operasi pasar melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dengan menambah pasokan beras ke pasaran guna mengantisipasi disparitas harga dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi.
"Perum Bulog melaksanakan tugas ini dengan terus melakukan distribusi dan pengendalian harga dengan harapan dapat menstabilkan harga beras di pasaran," kata Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sulselbar Bakhtiar AS, di Makassar, Rabu.
Ia mengemukakan, operasi pasar tersebut melalui penjualan pangan langsung ke masyarakat dilakukan secara terjadwal ke beberapa lokasi di pasar-pasar dan kelurahan hingga kecamatan menggunakan beras Bulog dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET)
Program KPSH ini, kata dia, merupakan realisasi dari Tiga Pilar Ketahanan Pangan yang ditugaskan kepada Bulog yakni ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas.
"Yang menjadi fokus kami saat ini adalah tentunya menjaga stabilitas harga pangan khususnya beras di wilayah Sulsel dan Sulbar. Kita juga melayani permintaan beras dari luar Sulselbar demi menjaga stabilitas harga beras, mengingat wilayah Sulselbar merupakan sentra produsen beras di KTI," katanya.
Ditanyakan berapa ton disiapkan untuk operasi pasar, Bakhtiar menyebutkan, hingga hari ini sebanyak 107.906 ton telah disalurkan khusus di wilayah Sulselbar. Seluruh kabupaten kota termasuk Bulog di luar Sulselbar telah disalurkan.
"Untuk penugasan kita dari awal tahun 2022 sampai dengan akhir tahun ini. Ini masih aktif dijalankan sehubungan dengan mengantisipasi kenaikan harga. Untuk stok beras tersedia di area Sulselbar sebanyak 127.715 ton. Dan saat ini kita tetap mengoptimalkan penyerapan di petani," sebutnya.
Sejauh ini Bulog Kanwil Sulselbar, tambah dia, telah mengirim beras ke luar provinsi khususnya di wilayah defisit seperti Sumatera, Maluku, dan Papua untuk penguatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Selain itu, pihaknya bersama Pemerintah Daerah beserta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga harga beras di tingkat konsumen agar relatif stabil atau tidak mengalami lonjakan signifikan.
"Perum Bulog melaksanakan tugas ini dengan terus melakukan distribusi dan pengendalian harga dengan harapan dapat menstabilkan harga beras di pasaran," kata Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sulselbar Bakhtiar AS, di Makassar, Rabu.
Ia mengemukakan, operasi pasar tersebut melalui penjualan pangan langsung ke masyarakat dilakukan secara terjadwal ke beberapa lokasi di pasar-pasar dan kelurahan hingga kecamatan menggunakan beras Bulog dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET)
Program KPSH ini, kata dia, merupakan realisasi dari Tiga Pilar Ketahanan Pangan yang ditugaskan kepada Bulog yakni ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas.
"Yang menjadi fokus kami saat ini adalah tentunya menjaga stabilitas harga pangan khususnya beras di wilayah Sulsel dan Sulbar. Kita juga melayani permintaan beras dari luar Sulselbar demi menjaga stabilitas harga beras, mengingat wilayah Sulselbar merupakan sentra produsen beras di KTI," katanya.
Ditanyakan berapa ton disiapkan untuk operasi pasar, Bakhtiar menyebutkan, hingga hari ini sebanyak 107.906 ton telah disalurkan khusus di wilayah Sulselbar. Seluruh kabupaten kota termasuk Bulog di luar Sulselbar telah disalurkan.
"Untuk penugasan kita dari awal tahun 2022 sampai dengan akhir tahun ini. Ini masih aktif dijalankan sehubungan dengan mengantisipasi kenaikan harga. Untuk stok beras tersedia di area Sulselbar sebanyak 127.715 ton. Dan saat ini kita tetap mengoptimalkan penyerapan di petani," sebutnya.
Sejauh ini Bulog Kanwil Sulselbar, tambah dia, telah mengirim beras ke luar provinsi khususnya di wilayah defisit seperti Sumatera, Maluku, dan Papua untuk penguatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Selain itu, pihaknya bersama Pemerintah Daerah beserta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga harga beras di tingkat konsumen agar relatif stabil atau tidak mengalami lonjakan signifikan.