Mamuju (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Barat Salim S Mengga menyampaikan, masih menunggu kepastian harga komoditas kelapa sebelum menerima investor asal Malaysia yang akan berinvestasi komoditas kelapa di daerah itu.
"Masih akan dibicarakan lebih lanjut terkait harga kelapa yang akan dibeli dari masyarakat. Jangan sampai masyarakat kita diberi bibit kemudian saat kelapanya tumbuh malah dibeli dengan harga murah," kata Salim Mengga, di Mamuju, Jumat,
Ia menyandarkan bahwa dalam waktu dekat, pihaknya akan bertolak ke Jakarta untuk membahas lebih lanjut rencana investasi tersebut bersama pihak investor.
"Ini potensi buat kita untuk menyerap tenaga kerja. Pihak investor menyatakan akan menggunakan tenaga kerja yang ada di Sulbar," ujarnya.
Wagub juga menyinggung realitas saat ini, di mana ribuan tenaga kerja asal Sulbar memilih bekerja di luar daerah, seperti Morowali.
Dengan hadirnya pabrik kelapa di daerah itu, lanjutnya, diharapkan akan tercipta lapangan kerja baru yang mampu menampung tenaga kerja lokal.
"Lebih dari 70 ribu anak-anak usia produktif kita ada di Morowali. Dengan hadirnya industri kelapa ini, semoga bisa menyerap tenaga kerja lokal agar mereka tidak perlu ke luar daerah lagi," terangnya.
Sebelumnya, yakni saat menghadiri Rakorwil Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) Triwulan II tahun 2025 yang digelar di Sulawesi Tengah, Salim Mengga sempat melakukan pertemuan dengan sejumlah pengusaha terkait peluang investasi di sektor komoditas kelapa.
Pertemuan Wagub dengan sejumlah pengusaha tersebut membahas peluang investasi komoditas kelapa di dengan skema kemitraan langsung bersama petani.
"Model kemitraan yang ditawarkan investor cukup menarik. Mereka bakal menyediakan bibit kemudian ditanam di lahan milik petani, lalu hasil panen dibeli kembali untuk diolah dan diekspor. Bahkan, pabrik pengolahannya rencananya akan dibangun langsung di Sulbar," terang Salim Mengga.
Wagub menyampaikan, potensi kelapa di Sulbar cukup besar namun belum tergarap maksimal.
"Petani biasanya hanya mengolah hasil panen menjadi kopra atau minyak goreng tradisional. Itu pun masih dikirim dalam bentuk mentah ke luar daerah, seperti Surabaya dan Makassar," ujarnya.
Sehingga lanjut, Salim Mengga, dengan masuknya investor tersebut, membawa harapan baru bagi pengembangan kelapa setempat.
Kehadiran pengusaha yang ingin berinvestasi di Sulbar, tambahnya, juga bisa menjadi solusi membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Dampaknya juga bisa meluas, rantai distribusi dipangkas karena perusahaan langsung terhubung ke petani serta harganya mengikuti mekanisme pasar dan bukan lagi permainan tengkulak," jelas Salim Mengga.
Dua daerah yang jadi fokus awal kemitraan adalah Kabupaten Polewali Mandar dan Majene.
"Survei awal menunjukkan kedua wilayah itu punya potensi besar, mulai dari luas lahan, jumlah petani hingga kesiapan infrastruktur," katanya.