Mamuju (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka menyampaikan, potensi lahan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di wilayah transmigrasi yang tersebar di enam kabupaten mencapai 195.822 hektare.
"Namun dari jumlah itu, hanya sekitar 24.000 hektare yang memiliki potensi langsung untuk dikembangkan," kata Suhardi Duka, di Mamuju, Sabtu.
Itu disampaikan pada rapat koordinasi tematik ketransmigrasian tahun anggaran 2025 bersama Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara.
Salah satu wilayah dengan luas terbesar, katanya, ada di Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah.
Kawasan ini memiliki 47.086 hektare lahan, dengan potensi pengembangan 7.344 hektare, dan potensi produk unggulan yang dapat dikembangkan, adalah kakao dan peternakan.
Di kawasan Mambi dan Mehalaan Kabupaten Mamasa, tercatat luas lahan mencapai 31.150 hektare, dan 3.500 hektare memiliki potensi pengembangan kakao, kopi, hortikultura dan peternakan.
Sementara di kawasan Tubbi Taramanuq Kabupaten Polewali Mandar memiliki lahan seluas 24.947 hektare, dan sebanyak 4.000 hektare siap dikembangkan untuk sektor kakao, kopi, hortikultura dan peternakan.
Selanjutnya, di wilayah Kalukku Kabupaten Mamuju terdapat 25.688 hektare lahan, dan seluas 3.000 hektare potensial untuk pengembangan kakao dan peternakan.
Sedangkan, di kawasan Sarudu dan Baras di Kabupaten Pasangkayu potensi lahan seluas 36.902 hektare dan memiliki potensi 3.500 hektare dapat dikembangkan untuk sektor perikanan dan peternakan.
Terakhir di kawasan Ulumanda Kabupaten Majene, terdapat 30.049 hektare lahan transmigrasi dengan potensi pengembangan kakao, kopi, holtikultura dan peternakan seluas 3.000 hektare.
"Sulbar surplus sumber daya alam dan lahan pertanian, namun minim modal dan tenaga ahli lini bisnis bersertifikasi sebagai leader," ujar Suhardi Duka.
Pada kesempatan itu, Gubernur juga menyampaikan bahwa sejak 1981 hingga 2024, Sulbar telah membangun 81 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yang tersebar di enam kabupaten dengan 24.787 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 98.929 telah ditempatkan.
"Jumlah terbesar berada di Kabupaten Mamuju Tengah dengan 11.230 KK atau 43.638 jiwa yang ditempatkan di 34 UPT, termasuk Kota Terpadu Mandiri (KTM) Tobadak," jelasnya.
Di Kabupaten Pasangkayu, transmigrasi dimulai sejak 1982 dengan total 5.522 KK atau 22.620 jiwa yang ditempatkan di 18 UPT.
Sementara, di Kabupaten Mamuju, penempatan transmigrasi dimulai sejal 1981 hingga 2016 dan memiliki 19 UPT yang dihuni 6.760 KK atau 27.570 jiwa.
Di Kabupaten Mamasa, transmigrasi berlangsung dari 2007 sampai 2022, dengan jumlah transmigran sebanyak 700 KK atau 2.734 jiwa yang ditempatkan di empat UPT.
Sementara di Kabupaten Majene, penempatan dilakukan antara tahun 2004 hingga 2018 pada tiga UPT dengan jumlah transmigran 350 KK atau 1.486 jiwa.
Sedangkan, di Kabupaten Polewali Mandar program transmigrasi yang berjalan sejak 2007 hingga 2019 dengan penempatan transmigran sebanyak 225 KK atau 881 jiwa pada tiga UPT.
"Pembangunan transmigrasi ini turut mendorong terbentuknya daerah baru di Sulbar. Tercatat 78 desa, 12 kecamatan dan dua kabupaten baru telah terbentuk, yakni Kabupaten Pasangkayu dan Mamuju Tengah," terang Suhardi Duka.

