Makassar (ANTARA Sulsel) - Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dalam beberapa tahun terakhir disebut-sebut sebagai "surganya" para imigran.
Penilain itu sepetinya cukup beralasan jika melihat jumlah pencari suaka yang terdata di Kantor Imirasi I Makassar.
Pada Februari 2015 misalnya, jumlah "orang asing" yang menetap di Kota Daeng mencapai 2.006 orang. Meski dalam perkembangan memang telah berkurang atau tersisa sebanyak 1.772 pada awal April 2015 namun angka itu masih salah satu yang terbesar.
Arus imigran ilegal di Makassar merupakan dampak dari migrasi internasional yang disebabkan sejumlah faktor pendorong dan penarik.
Faktor pendorong itu antara lain karena perang, diskriminasi, maupun bencana alam yang kemudian menyebabkan warga dari negara itu terpaksa meninggalkan negara asalnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik negara lain.
Sementara untuk faktor penarik dari negara tujuan atau `pull factor` yang kemudian memunculkan keinginan warga suatu negara untuk menuju negara tujuan yang relatif lebih maju dan berkembang demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Namun kehadiran ribuan imigran yang berada dalam satu lingkungan dengan warga lokal di Makassar, tentunya dapat memberikan dampak sosial, ekonomi dan keamanan di masyarakat.
Melihat kondisi itu maka perlu penanganan khusus yang diambil pihak pemerintah demi mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Pemkot Makassar belakangan ini telah bergerak dalam menyikapi keberadaan ribuan imigran yang berasal dari sejumlah negara itu.
Salah satunya adalah menggelar sosialisasi bertajuk "Peningkatan Pemahaman Keberadaan Pengungsi dan pencari Suaka (Imigran) di Kecamatan Tamalanrea Makassar, Sulawesi Selatan" pada awal April 2015.
Dalam kegiatan sosialisasi yang dihadiri sejumlah Ketua RW dan RT dan para imigran didaerah tersebut, juga sengaja melibatkan sejumlah pihak terkait seperti dari pihak kepolisian, Kanwil Kemenhumkan Sulsel, UNHCR, IOM, serta pihak Imigrasi I Makassar.
Kegiatan serupa juga akan dilakukan secara berkesinambungan di tujuh kecamatan lain yang ada di Kota Makassar seperti Kecamatan Mamajang, Kecamatan Manggala, Kecamatan Wajo dan sebagainya.
Pemerintah Kota Makassar juga akan melibatkan para imigran yang menetap didaerah itu untuk mendukung dan menyukseskan program "Makassar Tidak Rantasa/Jorok (MTR)".
Ibu Kota Sulawesi Selatan itu memang memiliki sejumlah program terkaiT MTR di antaranya program "Audisi" yang dilakukan setiap Selasa. Program ini sebagai momentum masyarakat bersentuhan langsung dengan Pemkot Makassar.
Sementara setiap Rabu dan Kamis, ada program yang dinamakan "Sentuhan Hati" yang mana para lurah dan camat diwajibkan mendatangi warganya termasuk para imigran. Adapula Jumat Bersih serta Sabtu Inovasi.
Dalam kegiatan tersebut, Pemkot Makassar juga berharap para imigran yang memiliki kemampuan untuk bisa mengaktualisasikan inovasinya itu demi kemajuan Makassar.
Lorong garden
Pemerintah Kota Makassar juga memiliki program "Lorong Garden" untuk menyulap setiap lorong di Makassar lebih menarik dipandang mata. Jika Imigran punya kemampuan dn inovasi tentu bisa diterapkan dalam program tersebut.
Bahkan para imigran yang punya kemampuan seperti halnya keterampilan melukis dan sebagainya, dengan keterlibatan dalam kegiatan bersama ini sekaligus menjadi ajang promosi.
"Kita terus berupaya mencari win-win solution untuk persoalan keberadaan imigran ini di masyarakat. Kami juga ingin upaya kami ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain khususnya dalam menangani keberadaan imigran," kata Kepala Bagian Humas Pemkot Makassar, Firman Pagarra.
Pemkot Makassar juga terus upaya untuk mencari solusi dalam mengindari terjadinya konflik yang melibatkan warga Makassar dengan para imigran.
Pihaknya mengakui potensi terjadinya konflik sosial, dan keamanan memang cukup besar karena banyaknya imigran di suatu wilayah khususnya di Kecamatan Tamalanrea. Untuk itu Pemkot Makassar sengaja melibatkan para imigran dalam kegiatan yang positif.
Pendamping Sosialisasi Pemkot Makassar, Aspianur Masrie, menyatakan pihaknya juga mencari satu model atau konsep untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Salah satunya dengan meminta pihak lurah dan RT/RW untuk lebih rutin melakukan pemantauan terhadap aktifitas para imigran.
Pemkot Makassar juga akan bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menjaga ketertiban di wilayah masing-masing.
"Setelah sosialisasi di delapan kecamatan rampung, kami akan kumpulkan para tokoh masyarakat, tokoh agawa, RT,RW, lurah, dan camat untuk membahas solusi terbaik," katanya. Rolex Malaha