Makassar (ANTARA Sulsel) - Pemerhati Lingkungan Wimar Witoelar mengajak mahasiswa untuk turut memberi usulan Intended Nationally Determined Contribution (INDC) atau Kontribusi yang diniatkan dan ditetapkan secara nasional, untuk mengatasi perubahan iklim.
"Mahasiswa kita harapkan mengerti apa yang dimaksud dengan INDC dan bagaimana dia bisa turut serta memasukkan usulan-usulan perbaikan," kata Wimar seusai menjadi pembicara dalam seminar bertema "Saatnya Generasi Muda Berubah untuk Mengatasi Perubahan Iklim" di Kampus Universitas Hasanuddin Makassar, Selasa.
INDC, jelas Wimar, dimasukkan oleh setiap negara untuk menyusun rencana sedunia untuk mengatasi perubahan iklim. Usulan yang tertuang dalam INDC, akan dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari tindakan dunia dalam mengatasi perubahan iklim.
"INDC ini adalah komitmen pertama yang dibuat oleh dunia untuk mengatasi perubahan iklim, dan akan dibahas pada 1 Desember 2015 di Paris," ujarnya.
Wimar menjelaskan bahwa Indonesia memiliki posisi yang unik dalam mengatasi perubahan iklim.
"Indonesia adalah negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, jika permukaan air laut naik hingga satu meter, maka kota-kota di pesisir kita akan tenggelam," paparnya.
Di sisi lain, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang diharapkan dapat membantu upaya mengatasi perubahan iklim ini karena memiliki pemerintahan yang demokratis.
"Diharapkan akhir November di acara Conference of Parties (COP) 21 di Paris, Indonesia akan tampil berkarakter dan menyumbangkan gagasan khusus untuk membangun penyelamatan bumi dari bencana perubahan iklim," kata dia.
Usulan untuk draft final INDC dapat diberikan melalui http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/9845 dan mengisi formulir pada http://www.dephut.go.id/uploads/files/0cbe0ad873d106088f579218aa9e66df.pdf.
Sementara itu, "Political Campaigner" Greenpeace Indonesia Teguh Surya menilai, meski memberi kesempatan untuk memberi usulan terhadap INDC ini, namun masukan ini tidak bisa diberikan secara optimal karena tidak ada dokumen berbahasa Indonesia.
"Beberapa minggu terakhir akhirnya memang ada dokumen berbahasa Indonesia, setelah ada kritik terkait itu. Kami bahkan berharap agar ada dokumen yang disediakan dalam bahasa lokal, agar masyarakat luas juga dapat turut memberi usulan," ujarnya.
Terkait peran mahasiswa dan generasi muda dalam mengatasi perubahan iklim ini, Direktur Yayasan Perspektif Baru Melda Wita Sitompul sebagai pihak penyelenggara seminar tersebut mengatakan bahwa upaya mengajak generasi muda ini adalah bentuk investasi terhadap masa depan.
"Kalau semangat akan perubahan iklim ini dijiwai oleh generasi muda, mereka akan mampu lebih mengantisipasi perubahan iklim ke depan," ujar Melda.