Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Meteriologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan daerah Sulawesi Selatan berpotensi terjadi gempa bumi akibat patahan lempengan bumi.
"Sulawesi merupakan daerah rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan akan potensi bencana alam gempa bumi yang mungkin bisa saja terjadi di daerah Sulsel," sebut Twes Regional IV Makassar BMKG Sulsel Marniati dalam siaran persnya, Kamis.
Menurutnya Sulsel pada dasarnya rawan. Sebab, di daerah Sulawesi itu terdapat dua patahan lokal yang aktif yakni di Palu Koro dan Walanae Wilayah Luwu Raya.
Sebelumnya BMKG PGR IV melaporkan gempa bumi terjadi di Kabupaten Toraja, Sulsel dengan kekuatan 3,4 Skala Richter pada Rabu pukul 11.44.14 WITA dilokasi 2.31 Lintang Selatan-121.39 Bujur Timur (di darat, 38 kilo meter Timur Laut Luwu Timur) kedalaman 35 Kilometer tidak berpotesi tsunami.
Selain itu, ada beberapa segmentasi sesar yang sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat di Sulawesi Selatan.
Sesar-sesar tersebut yakni pada poin A, Sesar Palu Koro yang memanjang di Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulsel bagian Utara menuju ke Selatan Bone sampai di laut Banda.
Selanjutnya, Sesar Saddang poin B yang memanjang dari pesisir Pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulsel bagian tengah dan bagian selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur.
Kemudian, Sesar Parit-Parit pada poin C di Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di darat maupun di laut.
"Artinya seperti yang disampaikan bahwa secara umum daerah sulawesi adalah rawan terhadap bencana alam gempa bumi termasuk ada potensi tsunami," ungkap dia.
Kendati demikian, tingkat seismisitas di daerah Sulsel tergolong cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai A berkisar diangka antara 3.3535940737 hingga 4.541415212, juga nilai B yang berkisar antara 0.434482888 hingga 0.611837146.
Marniati menilai pada poin A menunjukkan keaktifan seismik suatu daerah, semakin besar A berarti tingkat seismisitas atau kegempaannya semakin tinggi. Sedangkan pada nilai B menunjukkan kondisi batuannya.
`Dari data historis kegempaan yang kami miliki bahwa daerah sulawesi selatan pernah di goyang gempa bumi kuat yang pernah merusak," ungkapnya.
Dirinya menjelaskan ada dua pola gerak patahan di sulawesi, yakni patahan Palu Koro yang bersifat strike slip dan overthrust, bila patahan ini bergerak akan berhubungan dengan patahan Matano.
Bila patahan matano bergerak, lanjutnya menambahkan akan memerus ke bagian selatan Sulawesi termasuk Pulau Buton serta patahan walanae.
Olehnya itu, kata Marniati, patahan Walanae merupakan imbas gerak dari patahan regional dan terasa pada patahan Saddang di Toraja dan patahan lokal di Labupate Bone .
"Ini karena sifat patahan Walanae adalah sinistral baralaut tenggara memotong lengan selatan Sulawesi terus berlanjut ke selat Makassar," jelasnya.
Berita Terkait
Pj Gubernur dan Kapolda Sulsel hadiri prosesi Mattompang Arajang di Bone
Sabtu, 20 April 2024 17:48 Wib
Pj Gubernur Sulsel laksanakan Program IB tingkatkan populasi ternak di Bone
Sabtu, 20 April 2024 17:23 Wib
Kemenkumham Sulsel edukasi KI pada siswa SMA lewat RuKI "Goes to School"
Sabtu, 20 April 2024 13:23 Wib
Dinkes ungkap DBD di Sulsel tembus 1.620 kasus
Sabtu, 20 April 2024 7:16 Wib
Kadin Sulsel siap mempromosikan KEK Bira-Takabonerate melalui PSBM XXIV
Jumat, 19 April 2024 19:44 Wib
Penjabat Gubernur Sulsel dianugerahi gelar adat Daeng Mappuji
Jumat, 19 April 2024 17:48 Wib
Kemenkumham Sulsel siap bersinergi dengan Kejati Sulsel
Jumat, 19 April 2024 13:09 Wib
Pj Gubernur: Pemprov Sulsel siap berkolaborasi dengan kejaksaan
Jumat, 19 April 2024 9:36 Wib