Kupang (ANTARA Sulsel) - Tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur (NTT) diharapkan dapat merebut pangsa pasar nasional dan internasional, untuk itu mutu produk kerajinan ini perlu mendapat perhatian para perajin.
Ini target jangka panjang Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT, terkait dengan pengembangan tenun ikat para perajin di wilayah ini, kata ketua Dekranasda NTT, Ny. Lucia Adinda Lebu Raya, di Kupang, Minggu.
Menurut isteri Gubernur NTT itu, selama ini tenun ikat NTT telah dipasarkan ke tingkat nasional seperti Bali, Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Papua.
"Ke depan pangsa pasarnya perlu diperluas lagi ke berbagai provinsi yang ada di Indonesia, sehingga dikenal luas masyarakat seperti kain batik Indonesia," katanya.
Tentang pasar internasional, ia mengatakan, Dekranasda berencana untuk mengakses dan merebut pangsa pasar di Malaysia, Jepang, Arab Saudi dan pasar internasional lainnya. Karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak di NTT khusunya maupun Indonesia pada umumnya.
"Kita perlu memiliki obsesi yang tinggi untuk mengembangkan produk kerajinan rakyat ini, sebagai bentuk dukungan terhadap usaha perajin, terutama kaum perempuan yang memiliki keahlian di bidang seni budaya ini," katanya.
Ia mengatakan, selain merebut pangsa pasar, para perajin juga diarahkan dengan berbagai cara untuk menumbuhkan jiwa usaha, sehingga hasil kerajinan seperti tenun ikat itu dapat dijual.
"Selain memberikan pendidikan dan latihan (Diklat) kewirausahaan, para perajin juga dikirim untuk magang ke provinsi-provinsi yang telah sukses mengantar motif daerahnya ke pasar internasional, seperti Bali dan Yogya dan daerah lainnya," katanya.
Ketua Gerakan Perempuan Sarinah NTT ini, mengatakan, tenun ikat NTT memiliki ragam serta corak yang bervariasi serta ciri khasnya berbeda-beda antara satu suku dnegan suku lainnya.
"Umumnya tenun ikat terbuat dari benang yang dipintal dari bahan kapas dan diwarnai secara tradisional. Kualitas kain, kerumitan corak serta diameter kain menjadi patokan dalam menentukan harga tenun ikat ini," katanya.
Harga tenun ikat pada kisaran Rp100.000 hingga Rp2 juta dan untuk kualitas tenun terbaik biasanya didapat langsung dari para penenun yang berada di pedalaman NTT.
"Tenun ikat ini biasa digunakan untuk hiasan baik pada dinding, meja, lemari, tempat tidur ataupun untuk membuat busana bercorak adat," katanya.
(T.PSO-084/S004)
Berita Terkait
Serikat pekerja Vietnam meminta kenaikan tunjangan melahirkan
Senin, 1 April 2024 13:20 Wib
Kesbangpol Sulbar antisipasi potensi ATGH pasca Pemilu 2024
Sabtu, 9 Maret 2024 19:08 Wib
Malaysia akan lanjutkan pencarian pesawat MH370 pada peringatan 10 tahun
Senin, 4 Maret 2024 12:16 Wib
Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra hadapi dakwaan kasus "lese majeste"
Selasa, 20 Februari 2024 15:30 Wib
KBRI Kuala Lumpur belum dapat notifikasi soal penangkapan ratusan WNI di Malaysia
Senin, 19 Februari 2024 12:17 Wib
90 korban tewas akibat tanah longsor di Davao Oro Filipina
Jumat, 16 Februari 2024 14:31 Wib
Dubes RI : Antusiasme WNI pemilih pada Pemilu 2024 di Kuala Lumpur cukup tinggi
Senin, 12 Februari 2024 6:53 Wib
Sultan Johor resmi menjadi Raja Malaysia XVII
Kamis, 1 Februari 2024 6:16 Wib