Jenewa (Antara Sulsel/Reuters) - Tim penyidik kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu menyatakan bahwa serangan udara oleh koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat terhadap benteng pertahanan kelompok bersenjata ISIS di Raqqa, Suriah telah memakan "korban sipil dalam jumlah besar."
Pihak koalisi membombardir kota tersebut sebagai dukungan udara untuk operasi militer darat oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah kelompok gabungan milisi Kurdi dan Arab. Mereka memulai serangan untuk membebaskan Raqqa dari ISIS sejak pekan lalu.
Pasukan SDF, dengan dukungan serangan udara yang besar, telah berhasil merebut bagian barat, timur, dan utara kota tersebut.
Di sisi lain, kepala komisi penyelidikan kejahatan perang PBB, Paulo Pinheiro, mengatakan kepada Dewan HAM PBB bahwa ada 10 perjanjian antara pemerintah Suriah dan sejumlah kelompok oposisi bersenjata di wilayah Aleppo timur "yang beberapa di antaranya bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang."
Menurut Pinheiro, perjanjian itu membuat warga sipil "tidak mempunyai pilihan" dalam proses mekanisme evakuasi warga sipil dan anggota oposisi bersenjata dari garis depan medan pertempuran.
Berita Terkait
Serangan teror di Kota Kerman Iran adalah bom bunuh diri
Jumat, 5 Januari 2024 15:07 Wib
Densus 88: Tersangka DE bisa modifikasi "air guns" jadi senjata api
Selasa, 15 Agustus 2023 18:08 Wib
Densus 88 : DE terpapar paham terorisme sejak belia
Selasa, 15 Agustus 2023 12:01 Wib
Densus 88 menemukan bendera ISIS saat penggeledahan teroris
Selasa, 15 Agustus 2023 11:23 Wib
Densus 88 Antiteror Polri menangkap tersangka teroris terafiliasi ISIS di Bekasi
Senin, 14 Agustus 2023 17:32 Wib
Pemimpin ISIS dilaporkan tewas bunuh diri menggunakan bom rompi
Selasa, 2 Mei 2023 18:25 Wib
Presiden Erdogan: Turki telah menewaskan pemimpin ISIS di Suriah
Senin, 1 Mei 2023 11:34 Wib
AS: "Kini ISIS lebih kuat di Afghanistan"
Jumat, 24 Maret 2023 13:31 Wib