Jakarta (Antara Sulsel) - Indonesia bisa kehilangan pasar di India jika pemerintah tidak segera melakukan negosiasi bilateral menyusul pengenaan bea masuk hingga dua kali lipat terhadap minyak sawit mentah (CPO) dan produk olahan minyak sawit ke negara tersebut.
"Selain pasar yang besar, India juga bukan pasar yang rewel menuntut berbagai macam kriteria keberlanjutan seperti Eropa atau Amerika. Sayang jika kita kehilangan pasar yang demikian potensial," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam keterangan tertulisnya saat mengikuti acara Indonesia-Indonesia Business Forum on Palm Oil di Mumbai, Rabu.
Forum Bisnis Indonesia-India ini merupakan pertemuan bisnis membahas berbagai isu terkait perdagangan bilateral kedua negara khususnya terkait minyak sawit.
Seperti diketahui, Kementerian Keuangan India pada Agustus 2017 mengumumkan kebijakan peningkatan bea masuk CPO menjadi 15 persen, dari sebelumnya 7,5 persen.
Pajak impor minyak kelapa sawit olahan juga meningkat menjadi 17,5 persen dan 25 persen dari sebelumnya 12,5 persen dan 15 persen.
Joko mengingatkan kenaikan bea masuk tersebut bisa menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India, padahal saat ini Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan India.
"Ini harus terus diperkuat misalnya dengan perjanjian perdagangan bilateral sehingga isu-isu terkait tarif bisa dibahas dan disepakati secara komprehensif," kata Ketua Umum Gapki.
Joko mengutarakan harapannya agar pemerintah Indonesia perlu memperhatikan masalah ini lebih serius dan segera membahas secara bilateral bersama pemerintah India.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri RI A.M. Fachir menyampaikan pemerintah Indonesia selalu memastikan agar industri kelapa sawit dalam negeri menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
"Sejak lama, Indonesia telah memulai upaya membangun industri sawit lestari. Mengingat kontribusi industri kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia, Pemerintah Indonesia memiliki kepentingan untuk memastikan industri tersebut menerapkan prinsip-prinsip kelestarian," kata Wamenlu A.M. Fachir seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Selasa (12/9).
Indonesia saat ini merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia. Pada 2016, Indonesia menghasilkan lebih dari 35 juta ton minyak sawit, dan 25 juta ton diantaranya di ekspor ke seluruh dunia.
Berita Terkait
Industri sawit diharapkan jadi pengaman ekonomi nasional terhadap potensi krisis 2023
Kamis, 3 November 2022 10:49 Wib
Gapki: Sejumlah pabrik kelapa sawit hentikan operasi karena tangki penyimpanan penuh
Kamis, 7 Juli 2022 14:35 Wib
Presiden Jokowi yakinkan semua pihak bahwa vaksinasi aman dan halal
Jumat, 24 September 2021 13:43 Wib
Gapki Sulawesi perketat pengawasan operasional transportasi
Senin, 18 Mei 2020 20:00 Wib
Gapki Kalbar: Produksi CPO turun dorong harga sawit naik
Jumat, 3 Januari 2020 8:41 Wib
Gapki prediksi harga sawit membaik 2020
Kamis, 12 Desember 2019 15:38 Wib
Gapki ingin regulasi peralatan pemadam kebakaran ditinjau
Kamis, 31 Oktober 2019 15:11 Wib
BPDPKS-Gapki perkenalkan industri sawit kepada kaum milenial
Sabtu, 5 Oktober 2019 17:50 Wib