Ternate (Antara Sulsel) - Sejumlah pemasok mengakui biaya transportasi dari daerah penyangga yang berada di Pulau Halmahera, Maluku Utara (Malut), sedang mengalami masa panen, namun tidak terlalu mempengaruhi harga pasar yang berada di Ternate.
"Sebab, untuk melakukan pengambilan hasil pertanian yang ada di daerah penyangga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk transportasi," kata Ketua Forum Pemasok Kota Ternate, Nursidik di Ternate, Minggu.
Selain itu, untuk biaya transportasi pengiriman barang dari daerah penyangga di Halmahera ke Ternate cukup mahal jika dibandingkan dengan daerah penghasil lain seperti Manado, Surabaya dan lainnya.
Sebab, jika dihitung biayanya pengiriman dari Halmahera sampai ke Ternate, maka untuk sekali pengiriman akan dihitung per koli atau karung yang sebesar Rp50.000.
Belum ditambah biaya pemuatan dengan menggunakan truk dari pelabuhan ke gudang penyimpanan, yang sekali trip seharga Rp250.000.
"Untuk kemahalan transportasi lokal ini juga dipengaruhi oleh stok barang, karena di Halmahera hanya daerah penyangga, sehingga stok barang juga jauh berbeda dengan daerah penghasil yang lain dan Kita bisa melakukan permintaan berapa banyak tetap dilayani, namun berbeda dengan di Halmahera," katanya.
Nursidik mencontohkan, untuk biaya transportasi dari Manado hanya dihitung per koli sebesar Rp 15.000 per kg, ditambah dengan biaya buruh untuk pembongkaran sebesar Rp 19.000 per koli.
"Jadi lebih mahal jika diambil dari daerah penyangga. sebab mungkin karena di daerah penyangga hanya sedikit stok, sehingga mereka berspekulasi dengan biaya tersebut," katanya.
Bahkan, jika diambil via Surabaya lebih murah lagi, karena untuk pengambilan dari Surabaya dilakukan melalui kontener.
Apalagi, dalam satu buah konteiner dapat diisi hingga 14 ton barang, sehingga menghemat biaya pengiriman. Untuk sekali pengiriman menggunakan kounteiner dihargai sebesar Rp 4.000.000, ditambah biaya truk per sekali trek Rp 2500.000.
"Jadi kenapa di Halmahera itu lebih mahal, sebab barang kurang dan sekali trek ke Ternate bisa mencapai Rp4.000.000, otomatis dilakukan hitung ulang untuk menutupi biaya dipengecer dan jika diharga petani hanya Rp 3000, maka hingga harga pengecer bisa mencapai Rp 10.000," ujarnya.
Sehingga, pihaknya berharap kepada kabupaten/kota maupun Provisni agar dapat bagaimana mencari jalan keluar dengan membina petani agar selalu melakukan penanaman dengan baik agar stok selalu terjaga dan juga harus memberikan subsidi transportasi agar biaya pengiriman barang dari Halmahera dapat menurun.
Berita Terkait
Arus balik Lebaran dari wilayah utara Sulsel mulai padat
Sabtu, 13 April 2024 21:26 Wib
Dishub Sulbar mengecek kesiapan transportasi pelayanan angkutan mudik
Minggu, 31 Maret 2024 17:48 Wib
Malaysia akan lanjutkan pencarian pesawat MH370 pada peringatan 10 tahun
Senin, 4 Maret 2024 12:16 Wib
Unhas dan Kemenhub jalin kerja sama peningkatan SDM transportasi
Selasa, 20 Februari 2024 19:46 Wib
Capres Anies batal kampanye ke Polewali Mandar Sulbar karena masalah transportasi
Selasa, 9 Januari 2024 19:28 Wib
Presiden Jokowi : Semua kota harus mulai berpikir transportasi massal
Senin, 8 Januari 2024 12:25 Wib
Presiden Jokowi: Pemerintah sediakan sarana transportasi umum memadai
Selasa, 2 Januari 2024 15:08 Wib
BMKG mengimbau masyarakat waspadai hujan petir di jalur transportasi darat libur Natal
Jumat, 29 Desember 2023 6:24 Wib