Kupang (ANTARA) -
Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, MSi menilai, Megawati Soekarnoputri telah gagal melakukan restorasi politik di internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
 
"Terpilihnya Megawati sebagai Ketua PDIP, merupakan sebuah langkah mundur. Terlihat sangat jelas bahwa kongres kali ini, PDIP mengalami stagnasi berpikir, dan Megawati telah gagal melakukan restorasi politik di internal PDIP," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Jumat. 
 
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan terpilihnya kembali Megawati Soekarnoputri dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali. 
 
Megawati Soekarnoputri dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2019-2024 secara aklamasi, dalam sebuah sidang tertutup di sela hari pertama Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8) malam. 
 
Dalam konferensi pers seusai pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati menjelaskan kepada media ihwal pengukuhan yang berlangsung tertutup tersebut. 
 
"Sebelumnya saya minta maaf karena telah dikonfirmasikan tadinya, bahwa kalau saya dikukuhkan itu akan menjadi sidang terbuka. Tapi ternyata tadi begitu cepatnya," kata Megawati. 
 
Menurut Ahmad Atang, terpilihnya kembali Megawati sebagai Ketua Umum PDIP, merupakan sebuah langkah mundur. "Terlihat jelas kongres kali ini PDIP mengalami stagnasi berpikir," katanya. 
 
Dia menambahkan, tidak ada gagasan pemikiran yang progresif kebangsaan menjelang kongres PDI Perjuangan di Bali, kecuali mempertahan Megawati sebagai ketua umum. 
 
Kenyataan ini menunjukkan bahwa, para kader PDI Perjuangan sedang mengalami ketidakberdayaan jika ketua umum partainya diganti oleh figur lain.

 "Mestinya, sekarang ini saatnya Megawati membangun sistem untuk alih generasi, agar pendekatan figur yang selama ini menjangkiti internal PDIP harus disudahi, dan Megawati mengawal proses ini hingga 2024," kata Ahmad Atang. 
 
Dia mengatakan, tokoh-tokoh tua seperti Megawati, Amien Rais, Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo Subianto, Surya Paloh telah mengawal proses reformasi selama dua dekade, sehingga sudah saatnya memberikan estafet kepada kaum muda. 
 
Dia menambahkan, pertarungan 2024 merupakan arenanya kaum milenial. 
 
"Maka tokoh tua yang selama ini mendominasi format politik nasional harus memberikan panggung kepada kaum milenial," kata Ahmad Atang. 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019