Jakarta (ANTARA News) - Perpustakaan Nasional Indonesia bekerja sama dengan National Library of Australia dalam hal tukar-menukar koleksi, penyediaan catatan katalog hingga pertukaran konsultasi. "Kerja sama seperti ini juga sudah dilakukan dengan perpustakaan nasional di negara-negara lainnya seperti perpustakaan nasional Belanda, Inggris, AS dan Singapura," kata Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Dady P Rachmananta di sela penandatanganan MoU antara keduanya di Jakarta, Selasa. Menurut Dady, tidak semua buku di seluruh dunia bisa dimiliki dan disimpan oleh suatu perpustakaan nasional, sehingga diperlukan kerja sama antar perpustakaan. Dady mengatakan, kerja sama dengan Perpustakaan Nasional Australia cukup menguntungkan bagi perpustakaan nasional RI, bukan saja karena bisa memperoleh berbagai publikasi Australia, tetapi juga bisa mendapatkan publikasi dari daerah-daerah di Indonesia sendiri dengan mudah. Menurut dia, meskipun UU no 4/1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam telah mewajibkan setiap penerbit buku untuk menyerahkan dua eksemplar bukunya ke Perpustakaan Nasional, namun sejak otonomi daerah kewajiban itu tidak lagi dilaksanakan. "Khususnya justru dari pihak pemda sendiri yang tidak lagi mau mengirimkan salinan terbitannya, misalnya soal kebijakan daerah, ke Perpustakaan Nasional. Mungkin terbentur ongkos kirim," katanya. Dengan kerja sama yang dijalin dengan perpustakaan Australia, lanjut dia, Perpustakaan Nasional RI tetap bisa mendapatkan berbagai terbitan daerah meskipun tak memiliki dana. "Mereka punya dana untuk berkeliling ke daerah-daerah di Indonesia dan membeli berbagai terbitan. Lalu dari terbitan yang mereka beli itu, satu salinan diberikan kepada Perpustakaan Nasional kita," katanya. Berbagai terbitan daerah yang dipilih oleh perpustakaan Australia itu misalnya soal budaya Indonesia, persoalan mengenai hankamnas dan lain-lain, ujarnya. Sementara itu, Wakil Dirjen Perpustakaan Nasional Australia, Amelia McKenzie mengatakan, kedua perpustakaan sebenarnya telah bekerja sama erat ketika terjadi tsunami 2004. Saat itu perpustakaan Australia membantu perpustakaan umum di Aceh membangun kembali stok buku dan menyediakan pelayanan baca kepada para pengungsi. Menurut dia, perpustakaan nasional Australia memiliki koleksi materi berbahasa Indonesia terbesar di Australia, karena sekitar 4.000 judul terbitan Indonesia diperoleh perpustakaan ini setiap tahunnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008