Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Amien Rais tidak ingin dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas kegagalan reformasi, apalagi tugasnya sebagai intelektual dan politisi sudah berakhir. "Jangan saya terus yang ditanya. Kemana yang lain?," katanya, di sela-sela peluncuran bukunya "Selamatkan Indonesia" di Jakarta, Selasa. Amien mengakui, selama 10 tahun reformasi bergulir, baru bidang politik yang tampak ada perubahan. Bidang lain, seperti ekonomi, hukum dan pendidikan belum sepenuhnya berubah. Menurut dia, dari tiga bidang tersebut, bidang ekonomi seolah tidak ada kemajuan, justru mengalami kemunduran. Sumber-sumber migas justru banyak yang diserahkan pengelolaannya kepada pihak asing. Begitu juga bidang pendidikan yang mengarah kepada liberalisasi dan feodalisme, sehingga pendidikan menjadi sangat mahal. Untuk bidang hukum, sebenarnya ada perkembangan, tetapi masih terkesan tebang pilih. Amien mengemukakan, tidak kuat apabila harus menanggung beban tanggungjawab sendirian atas kegagalan reformasi. Tanggungjawab kegagalan itu tidak bisa ditanggungnya sendirian. "Tentu tidak kuat apabila harus menanggung sendiri. Tugas intelektual dan politik saya sudah terpenuhi," katanya. Mantan Wakil PM Malaysia, Anwar Ibrahim yang hadir dalam peluncuran buku tersebut mengakui demokrasi di Indonesia berkembang pesat. Perkembangan itu menggembirakan, meski berlangsung di tengah banyaknya persoalan, termasuk korupsi. Perkembangan demokrasi yang menggembirakan itu, menurut Anwar Ibrahim, juga bisa dilihat dari munculnya kebebasan pers. Hal itu berbeda di situasi di Malaysia. Meski persnya tidak sebebas di Indonesia, namun Malaysia berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya apabila tidak mengabaikan keadilan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Anwar Ibrahim mengingatkan jangan mengorbankan keadilan bagi masyarakat demi pertumbuhan ekonomi. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008