Jakarta (ANTARA) - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC menjalin kerja sama dengan dua pelabuhan di Sabah, Malaysia, yakni Pelabuhan Sabah (Sabah Port Sdn Bhd) dan Pelabuhan Klaster Industri Kelapa Sawit (Palm Oil Industrial Cluster/POIC) untuk mengembangan bisnis maritim dan perdagangan internasional.

Kesepakatan kerja sama tersebut tertuang melalui penandatangan nota kesepahaman antara IPC dengan kedua pelabuhan negeri jiran itu di Kinabalu, Kamis.

"Melalui penandatanganan MoU ini, IPC dan kedua operator pelabuhan di Sabah merencanakan kerja sama 'sister port' guna mengembangkan bisnis maritim dan perdagangan internasional yang saling menguntungkan," kata Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Elvyn menuturkan dalam kerja sama itu para pihak terkait akan mengembangkan berbagai program termasuk pelatihan personel, studi banding, perbaikan operasional, perbaikan lingkungan dan promosi jasa kepelabuhanan.

Penandatanganan nota kesepahaman disaksikan pula oleh Konsulat Jenderal RI di Sabah Krishna Djelani yang mendukung penuh kerja sama IPC dengan Sabah Ports dan POIC Sabah guna meningkatkan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Malaysia.

Sabah Port Sdn Bhd merupakan anak perusahaan Suria Capital Holdings Berhad, yang mengambil alih 100 persen operasional pelabuhan-pelabuhan di Negara Bagian Sabah dari Otoritas Pelabuhan Sabah.

Perusahaan itu mengelola dan mengoperasikan delapan pelabuhan strategis yang ada di Negara Bagian Sabah, yakni Pelabuhan Kontainer Sapangar Bay, Terminal Minyak Sapangar Bay, Pelabuhan Kota Kinabalu, Pelabuhan Sandakan, Pelabuhan Tawau, Pelabuhan Lahad Datu, Pelabuhan Kunak dan Pelabuhan Kudat.
Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya (kiri) menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Pelabuhan Klaster Industri Kelapa Sawit (Palm Oil Industrial Cluster/POIC). (HO-IPC)

Sedangkan POIC Sabah Sdn Bhd adalah Badan Usaha Milik Negara Bagian Sabah yang dibentuk untuk memelopori industrialisasi melalui pengembangan industri kelapa sawit dan industri berbasis sumber daya, pelabuhan dan logistik, minyak dan gas serta industri kecil dan menengah.

Pelabuhan yang berlokasi di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, itu berada dalam naungan Kementerian Perdagangan dan Industri.

Menurut Elvyn, banyak hal positif yang didapat dari kerja sama itu yakni pertukaran informasi, teknologi, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam praktik-praktik baik terkait operasional kepelabuhanan.

Untuk merealisasikan program "sister port" tersebut, IPC bersama Sabah Port Sdn Bhd dan POIC Sabah Sdn Bhd akan melakukan pertemuan lanjutan dalam waktu dekat.

Elvyn menambahkan, IPC akan terus membangun kemitraan dengan pelaku dan operator global, sebagai wujud dari ekspansi global perseroan. Kerja sama dengan Pelabuhan Sabah dinilai semakin strategis karena posisinya berdekatan dengan Kalimantan Barat, di mana di sana juga akan beroperasi Pelabuhan Kijing.

"Kemitraan yang bersifat strategis ini sejalan dengan gagasan Trilogi Maritim sebagai solusi yang memadukan konsep tol laut dan pelabuhan yang terintegrasi. Ini juga menjadi langkah nyata mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia," katanya.

Baca juga: 2024, IPC ingin jadi "trade facilitator" kelas dunia
Baca juga: IPC targetkan pendapatan usaha Rp13,5 triliun pada 2019
Baca juga: IPC usulkan konsep Trilogi Maritim turunkan biaya logistik nasional

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019