Akan membawa dampak positif bagi peningkatan nilai perdagangan dan investasi di kawasan, khususnya bagi Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan bahwa konklusi perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Patnership (RCEP) dipastikan harus tercapai pada November 2019.

Menurut Mendag, hal itu akan membawa dampak positif bagi peningkatan nilai perdagangan dan investasi di kawasan, khususnya bagi Indonesia.

“Dengan diselesaikannya perundingan RCEP tahun ini, dapat memberikan sinyal positif terhadap kepastian dan stabilitas perkembangan pasar dunia yang diharapkan akan meningkatkan nilai perdagangan dan investasi di kawasan RCEP, khususnya bagi Indonesia,” ujar Mendag lewat keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Penegasan tersebut diungkapkan Mendag sebagai koordinator Negara RCEP usai menghadiri Pertemuan Menteri RCEP ke-7 di Bangkok, Thailand.

Pertemuan yang dihadiri 16 Menteri Negara RCEP tersebut bertujuan meninjau perkembangan perundingan RCEP hingga saat ini dan menentukan langkah dan strategi dalam mencapai target penyelesaian RCEP secara substansial pada November 2019.

Menteri Negara RCEP terdiri dari 10 Menteri Ekonomi ASEAN dan 6 Menteri Negara Mitra Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) ASEAN, yaitu Australia, India, Jepang, Korea Selatan, China, dan Selandia Baru.

Mendag menggarisbawahi kembali tentang kekuatan perundingan RCEP yang merupakan pakta regional terbesar dunia, sehingga konklusinya akan signifikan bagi perekonomian dunia.

RCEP mencakup 47,4 persen populasi dunia; 32,2 persen ekonomi global; 29,1 persen perdagangan global; dan 32,5 persen arus investasi global.

Menurut Mendag, setelah tujuh tahun berunding, perundingan RCEP saat ini berada di titik point of no return.

Penyelesaiannya pada tahun ini sangat mendesak, apabila tidak, perundingan RCEP akan kehilangan momentum penting yang dapat mendorong perubahan dan kemajuan perekonomian dunia. Tekanan perdagangan dunia saat ini semakin mengarah pada aksi tidak sehat, yaitu retaliasi.

Apabila perundingan ini dapat diselesaikan pada tahun ini, maka diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi perlambatan ekonomi,
proteksionisme, dan sentimen antiperdagangan.

Mendag menambahkan, para Menteri RCEP telah membahas langkah dan strategi penyelesaian atas sejumlah isu penting dan fundamental yang harus dicakup dalam Perjanjian RCEP.

"Namun, sulit disepakati keenambelas Negara Peserta RCEP. Salah satunya yaitu penemuan solusi menghadapi satu atau dua negara yang memiliki posisi yang banyak memiliki perbedaan dengan negara mayoritas (outlier),” tegas Mendag.

Baca juga: Indonesia kantongi komitmen India untuk tuntaskan RCEP pada 2019
Baca juga: Menteri Ekonomi ASEAN serukan penyelesaian RCEP untuk jaga stabilitas

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019