Mataram (ANTARA) - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Nusa Tenggara Barat (NTB) segera memulai pembangunan pabrik pengolahan beras modern atau di Kabupaten Sumbawa dengan nilai investasi mencapai Rp138 miliar.

"Sekarang dalam tahap proses pengadaan barang dan jasa. Hari ini sedang proses lelang konsultan. Harapannya Desember 2019 sudah proses kontrak pembangunan fisik," kata Kepala Divisi Regional Bulog NTB, Supriyanto, di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan proses pembangunan fisik pabrik pengolahan beras modern di lahan seluas empat hektare tersebut ditargetkan rampung pada pertengahan 2020.

Pengolahan beras modern tersebut dilengkapi dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan beras berkualitas, seperti mesin pengering gabah hingga alat pengemasan beras dengan kapasitas 300 ton per hari.

"Kualitas beras yang akan dihasilkan bermacam-macam, baik premium maupun medium, tergantung permintaan pasar," ujarnya.

Supriyanto mengatakan selain membangun pabrik pengolahan beras di Kabupaten Sumbawa, pihaknya juga akan membangun gudang penyimpanan jagung di Kabupaten Dompu, yang dilengkapi dengan mesin pengering.

"Pembangunan gudang penyimpanan jagung di Kabupaten Dompu juga sedang dalam proses lelang. Mudahan pembangunannya bisa bersamaan dengan pabrik pengolahan beras di Kabupaten Sumbawa," ucapnya pula.

Menurut dia, investasi di sektor pascapanen komoditas hasil pertanian tersebut diharapkan bisa memberikan efek positif terhadap perekonomian di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa sebagai salah satu sentra produksi padi dan jagung terbesar di Indonesia.

Gabah dan jagung yang diproduksi petani bisa diserap oleh Bulog pada saat panen raya, sehingga petani bisa memperoleh harga yang layak.

Ia menambahkan gabah yang dibeli dari petani akan diolah menjadi beras berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar di provinsi tersebut maupun provinsi lain yang membutuhkan.

Begitu juga dengan jagung yang diserap dari petani akan dijual ke luar NTB dalam bentuk pipilan kering sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.

"Kalau untuk memasarkan beras, Bulog sudah punya jaringan yang luas. Begitu juga dengan pemasaran jagung. Kan Indonesia masih defisit produksi jagung, jadi tidak sulit memasarkannya," ucap Supriyanto.

Pewarta: Awaludin
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019