Yang harus kami perhatikan mungkin lebih kepada dampak jangka menengah-panjang yaitu dinamika stabilitas keamanan dan politik di Timur Tengah
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mewaspadai kenaikan harga minyak dunia sebagai imbas serangan terhadap fasilitas minyak mentah Arab Saudi yang mempengaruhi produksinya.

"Yang harus kami perhatikan mungkin lebih kepada dampak jangka menengah-panjang yaitu dinamika stabilitas keamanan dan politik di Timur Tengah," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Jakarta, Selasa.

Pemerintah, kata Sri Mulyani,  harus mewaspadai itu karena kenaikan harga minyak dunia diperkirakan menambah ketidakpastian ekonomi global yang beberapa bulan terakhir terjadi.

Baca juga: Rupiah diprediksi melemah hari ini, dipicu sentimen negatif global

Apalagi, lanjut dia, Arab Saudi merupakan negara eksportir minyak terbesar dunia dengan cadangan minyak yang melimpah sehingga dampak serangan yang memotong produksi itu juga diprediksi mempengaruhi pasokan dunia.

Meski demikian, Sri Mulyani mengaku akan mencermati situasi, termasuk menantikan respons dari Arab Saudi dan negara lain seperti Amerika Serikat dan Iran.

"Yang pasti akan mempengaruhi tidak hanya sentimen, tapi betul-betul konstelasi politik dan keamanan misalnya. Jadi itu yang akan menjadi fokus kami," ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan terkait dalam negeri, asumsi harga minyak mentah Indonesia lebih rendah yakni sebesar 63 dolar AS per barel dalam postur sementara RAPBN 2020.

"Kalau koreksi sifatnya jangka pendek, mungkin masih akan bisa diserap," kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin (16/9/2019) pagi, mencapai level tertinggi sejak Mei pada pembukaan.

Baca juga: Minyak melonjak 15 persen setelah serangan terhadap fasilitas Saudi

Baca juga: Sri Mulyani yakin inflasi terjaga, meski cukai rokok naik 23 persen



 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019