Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami tiga kali gempa guguran pada Selasa.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Selasa, mengatakan tiga kali gempa guguran yang terekam pada periode pengamatan pukul 00:00 sampai 06:00 WIB memiliki amplitudo 2-3 mm dengan durasi 12.24-25.2 detik.

Selain gempa guguran, gunung api teraktif di Indonesia itu juga mengalami satu kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 3 mm selama 16.96 detik.

Selanjutnya, hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 30 meter di atas puncak kawah.

Cuaca di gunung itu cerah berawan dengan angin bertiup lemah ke arah barat dan barat laut. Suhu udara 12.8-19 derajat Celsius, kelembaban udara 56-96 persen, dan tekanan udara 569.2-710.2 mmHg.

Baca juga: BPPTKG sebut suplai magma Gunung Merapi masih aktif

Baca juga: Akumulasi gas, picu awan panas letusan Gunung Merapi


Sebelumnya, pada Minggu (22/9) Gunung Merapi mengeluarkan awan panas letusan. Awan panas letusan yang memiliki durasi 125 detik tersebut sempat menimbulkan kolom asap setinggi 800 meter dan ada laporan hujan abu tipis di wilayah Tempel Sleman dengan jarak 15 kilometer arah barat daya Merapi.

Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.

BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.

Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.

Baca juga: Warga Selo Boyolali tidak terdampak hujan abu dari Gunung Merapi

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019